BI Kembangkan Pesantren Sebagai Basis Arus Ekonomi Indonesia

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

VIVA – Bank Indonesia terus mendorong pengembangan ekonomi di Indonesia. Salah satunya adalah menyodorkan program-program pengembangan kemandirian ekonomi pesantren sebagai basis arus ekonomi Indonesia.

Potensi Wakaf RI Tembus Rp 180 Triliun, Begini Caranya Bisa Bantu Genjot Ekonomi Berkelanjutan

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyodorkan tiga program yang dapat diimplementasikan untuk mengembangkan ekonomi pesantren. Pertama, yaitu pengembangan berbagai unit usaha berpotensi yang memanfaatkan kerja sama antar pesantren. 

Kedua, mendorong terjalinnya kerja sama bisnis antar pesantren melalui penyediaan virtual market produk usaha pesantren, sekaligus business matching. Ketiga, pengembangan holding pesantren dan penyusunan standarisasi laporan keuangan untuk pesantren dengan nama Standar Akuntansi Pesantren Indonesia atau Santri, yang dapat digunakan oleh setiap unit usaha pesantren.

OJK Sebut Keuangan Syariah Belum Optimal Dukung Industri Halal RI

Hal tersebut disampaikan Perry, dalam acara diskusi Indonesia Shari’a Economic Festival (ISEF) 2018 pada 11 sampai 15 Desember 2018 di Surabaya. Diskusi itu mengangkat tema 'Fastabiqul Khairat melalui Pesantren sebagai Salah Satu Rantai Nilai Halal’.

"Ketiga program tersebut, merupakan wujud dari pilar pertama dari tiga strategi utama Blueprint Pengembangan Ekonomi Keuangan Syariah Nasional, yaitu pemberdayaan ekonomi syariah melalui pengembangan ekosistem rantai nilai halal," kata Perry dalam siaran pers, Selasa, 11 November 2018.

BI Proyeksikan Ekonomi Syariah RI 2024 Tumbuh 4,7-5,5 Persen 

Lebih lanjut, Perry menjelaskan, ekosistem halal value chain itu mengembangkan sektor usaha syariah melalui pemberdayaan pelaku usaha baik besar, UMKM, serta lembaga pesantren, termasuk pengembangan aspek kelembagaan dan infrastruktur pendukungnya seperti pemberdayaan usaha pesantren dan pengembangan sektor usaha potensial seperti makanan, fesyen dan pariwisata, serta virtual market.

"Indonesia memiliki lembaga pesantren yang merupakan sebuah keunikan dan keunggulan dibandingkan negara lain dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah, yaitu tidak hanya berperan sebagai lembaga pendidikan, namun memiliki potensi untuk dimanfaatkan dalam mencapai kemandirian ekonomi," ucapnya.

Program kemandirian pesantren yang ditempuh, dikatakannya, didasari oleh kekuatan pesantren sebagai basis arus ekonomi Indonesia seperti, SDM pesantren yang memiliki jumlah dan ikatan komunitas yang kuat, sehingga memiliki potensi sebagai sumber permintaan dan produksi berbagai kegiatan ekonomi.

Selain itu, daya juang pesantren yang tinggi dikatakannya juga berpotensi besar apabila dikombinasikan dengan kemampuan kewirausahaan, dan konsep pemberdayaan ekonomi pesantren sebagai bagian dari ibadah. 

"Dengan kekuatan tersebut, kunci kemandirian pesantren adalah pada pendirian unit usaha dan komunikasi bisnis antar pesantren untuk pemenuhan kebutuhan, dan pembinaan khususnya dari pesantren yang maju kepada yang sedang berkembang, sebagaimana terwujud dalam program kemandirian yang dijalankan," katanya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya