- ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
VIVA – PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta masih melakukan kajian dengan berbagai pihak mengenai kisaran tarif tiket kereta cepat. Ditargetkan, pada awal tahun sudah ada keputusan tarif tiket tersebut.
"Jadi Januari sudah fix, tidak lama-lama, nanti kita tidak bisa cetak tiket," ujar Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar, di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu, 12 Desember 2018.
Wiliam menuturkan, ada dua skenario tarif yang sedang diusulkan dan dikaji yakni Rp8.500 per 10 kilometer atau Rp10 ribu per 10 kilometer. Dan, akan dikenakan tarif per kilometer.
"Setiap kilometer kena tarif tidak flat. Jadi orang yang jalan 16 kilometer lebih mahal daripada yang jalur pendek," ujarnya.
Nantinya, harga tiket kereta cepat itu akan mendapatkan subsidi dari pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau APBD 2019.
Rencananya, sistem pembayaran akan menggunakan integrasi tiket atau Electronic Fare Collection (EFC), yang juga bisa digunakan untuk transportasi Transjakarta, dan KRL Commuter Line.
"Ya integrasi ticketing akan dilakukan secara bertahap, prinsipnya begini, bukan persoalan kita punya kartu sendiri atau kartu orang lain, tapi persoalannya apakah kartu ini bisa digunakan masuk transportasi publik, misalnya kartu Transjakarta bisa dipakai MRT," katanya.
Nantinya, akan dilakukan kerja sama dengan MRT Jakarta, Transjakarta, dan Jakpro dalam mengurusi masalah integrasi tiket itu, dan tidak menutup kemungkinan ada badan tersendiri yang mengelola itu.
"Saat ini sedang digagas, sedang disiapkan mekanismenya, baik teknis ataupun administrasinya," ujarnya. (art)
