Benih Bawang Putih Asal Taiwan Sudah Diuji, Cocok Ditanam di Indonesia

Panen bawang putih bibit asal Taiwan
Sumber :
  • istimewa

VIVA – Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto memastikan, benih bawang putih varitas Great Black Leaf yang direkomendasikan Kementan kepada petani bawang sudah melalui serangkaian pengujian. Salah satunya uji DNA.

Pengakuan Eks Pegawai Kementan: Gelontorkan Rp 430 Juta Buat Bayar Alphard SYL

Dari uji DNA itu diketahui GBL identik dengan varitas Sangga Sembalun yang telah ditanam di kawasan Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. "Artinya cocok ditanam di Indonesia," kata Prihasto kepada VIVA, Jumat 14 Desember 2018.

Dengan kata lain, tidak ada alasan bagi petani menolak varitas benih yang didatangkan dari Taiwan ini. Bahkan sejumlah petani dan importir yang kena wajib tanam sudah merasakan hasil panen yang memuaskan, berkat cara penanaman, pemupukan dan perawatan yang benar.

Mantan Anak Buah Sebut SYL juga Pakai uang di Kementan untuk Kondangan dan Beri Kado Emas

Diakui Anton, panggilan Prihasto, memang tidak mudah menanam benih varitas GBL. Dibutuhkan banyak air selama masa pertumbuhan, selain pemupukan dan perawatan. Karena jika tidak cukup air, umbi yang dihasilkan tidak maksimal, seperti yang dialami sekelompok petani di wilayah Jawa Tengah.

"Kasus yang terjadi karena mengejar wajib tanam, GBL ditanam di musim kemarau sehingga sumber air tidak mencukupi," katanya.

Terungkap! SYL Juga Pakai Uang Korupsi untuk Beli Skincare Anak dan Cucu

Anton menyontohkan petani di wilayah Magelang, Jawa Tengah. Mereka yang memiliki sumber air cukup, hasil panennya terhitung bagus, bahkan ada yang menghasilkan 11 ton per hektar. Namun ada pula petani yang tidak memiliki sumber air yang cukup, ditambah kemarau sehingga tidak ada hujan dan mereka hanya bisa pasrah dengan kondisi tersebut.

"Tentu saja hasilnya kurang memuaskan, sebab menanam apa saja kalau airnya kurang tentu hasilnya tidak memuaskan," ujar dia, sekaligus mengklarifikasi dan membantah adanya penolakan petani  menanam GBL karena hasilnya kurang memuaskan.

Apalagi bawang putih menurut Anton, jenis tanaman yang adaptasinya rendah. GBL sendiri dibawa dari Taiwan yang memiliki iklim mirip Indonesia, cenderung tropis. Bukan dari wilayah China, di mana sentra tanaman bawang putih berada di wilayah utara yang memiliki suhu dingin ekstrem. "Jadi enggak sembarangan benih bisa ditanam di Indonesia. GBL itu dengan serangkaian pengujian menjadi salah satu yang resmi direkomendasikan," tutur Anton.

Dengan wilayah tanam yang berbeda antara Taiwan di selatan dan China di Utara, benih yang dihasilkan pun berbeda. Benih bawang putih asal China jika ditanam di Indonesia hanya akan mengeluarkan batang saja, tidak mengumbi. Sedangkan dari Taiwan bisa mengumbi, hanya saja hasilnya tidak selalu sama.

"Ada umbi yang besar, ada yang kecil, tergantung ketersediaan air, pemupukan dan perawatan tanaman. Tapi semua bisa mengumbi. Kalau bawang China bawang konsumsi, jika ditanam jelas tidak akan mengumbi," katanya. Masalahnya, ada beberapa petani dan importir wajib tanam yang juga menanam benih bawang asal China, sehingga hanya menghasilkan batang saja.

Periode tanamnya pun berbeda, bawang asal China memiliki masa tanam lebih panjang, sekitar 7-8 bulan. Sementara GBL rata-rata usianya antara 125-130 hari. 

Swasembada di 2021

Pemerintah sendiri menargetkan bisa mencicipi kembali masa-masa jaya pertanian, terutama bawang putih yang pernah mengalami swasembada di tahun 1994-1995, di mana saat itu 80 persen kebutuhan dalam negeri dipenuhi dari hasil tani dalam negeri.

Sayang, masa keemasan bawang putih terkikis krisis moneter. Saat itu kebutuhan bawang putih dikalahkan komoditas impor dan mengalami ketergantungan hingga saat ini, di mana 95 persen pasokan bawang putih disuplai dari China.

"Dulu kita tidak peduli karena harga masih murah. Tetapi awal 2017, sewaktu harga cabai naik, harga bawang putih pun melonjak jadi Rp60 ribu-Rp65 ribu per kilogram," kata Anton. Bawang putih pun menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi terbesar.

Merunut kondisi Indonesia yang pernah mengalami swasembada, ditambah produksi China yang tengah menurun, pemerintah, dalam hal ini Kementan menargetkan swasembada bawang putih di tahun 2021. Kendala terbesar menuju swasembada adalah kurangnya benih. Karena untuk bisa memenuhi kebutuhan sendiri, dibutuhkan lahan seluas 78 ribu hektar untuk menanam bawang putih. Sangat luas dibandingkan lahan eksisting sebelumnya yang hanya 2.000 hektar dengan hasil hanya 20 ribu ton per tahun.

"Kita sudah antisipasi lahan hingga 250 hektar, tapi dengan lahan seluas itu kita kurang benih. Kita cari benih yang cocok sampai ke Mesir, India, China dan Taiwan. Ternyata dari hasil kajian yang paling cocok benih asal Taiwan," kata Anton.

Untuk pengembangan benih ini, di tahun 2018, dibuka 10.000 hektar lahan yang targetnya bisa menghasilkan 30 ribu ton benih. Benih ini nantinya akan ditanam di areal seluas 50 ribu hektar di tahun 2019 nanti. Dengan begitu, dia yakin swasembada bawang putih bisa terjadi dalam tiga tahun ke depan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya