Ekspor Produk Pertanian RI Terus Naik, Ini Buktinya

Pekerja membongkar muat sayuran di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

VIVA – Pemerintah terus berupaya menggenjot devisa nasional melalui ekspor komoditas sektor-sektor strategis. Sektor pertanian masih menjadi salah satu tumpuan utama dan memberikan andil besar dalam penghimpunan devisa. 

Neraca Perdagangan Januari Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi RI

Direktur Jenderal Hortikultura Suwandi mengungkapkan, produk ekspor yang menunjukkan kinerja kenaikan adalah produk hortikultura tropis. Seperti manggis, durian, pisang, tanaman obat, benih hingga tanaman hias. 

"Sesuai arahan presiden dan menteri pertanian, ekspor produk hortikultura tropis terus kami genjot volumenya. Sistem perizinan ekspor kami pangkas sesimpel dan secepat mungkin. Kementan siap memfasilitasi pelaku usaha yang punya orientasi ekspor," demikian ujar Suwandi dikutip Sabtu 15 Desember 2018 dari keterangan resminya. 

Neraca Perdagangan RI Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi Indonesia

Selain mendatangkan devisa, dia menyebut bahwa ekspor hortikultura membawa banyak multiplier effect lainnya seperti peningkatan produksi, mutu, stabilitas harga dalam negeri hingga mensejahterakan petani.

Lebih lanjut dia membeberkan, kinerja ekspor hortikultura pada 2017 secara kumulatif naik 80,5 persen jika dibanding periode 2013. Ekspor buah-buahan tropis hingga tahun 2017 mengalami peningkatan kumulatif 140 persen.

Neraca Perdagangan Oktober Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Peningkatan itu khususnya untuk buah Manggis. Yang mana ekspornya melonjak dari 7.648 ton di 2013 menjadi 38.600 ton di 2017, atau meroket hingga 405 persen. 

"Sementara ekspor nanas 2017 secara kumulatif juga naik 22 persen sejak 2013. Bahkan ekspor manggis pada 2018 jauh lebih tinggi lagi, prediksi mencapai 60 ribu ton," ungkapnya.

Industri perbenihan dalam negeri sudah maju dan mampu bersaing dengan produk benih negara lain. Selain kangkung, beberapa benih hortikultura yang telah diekspor yaitu benih pare, cabai, paprika, timun, gambas, melon, waluh, sweet corn, pare welut, semangka, terong, tomat, jagung pulut, kacang panjang, bayam, okra dan buncis.

"Kalau dulu hampir tiap hari kita dijejali dengan buah-buahan impor. Kini buah-buahan lokal sudah mampu menggantikannya, bahkan ekspor," sebut Suwandi.

“Untuk bawang merah dan sayuran lainnya, kita akan terus pacu ekspor. Selain devisa, Kementan berkepentingan membantu menjaga harga di tingkat petani agar tetap bertahan stabil terutama saat panen melimpah," imbuhnya.

Menurut catatan Kementan, lanjut Suwandi, kinerja bawang merah mencatatkan rapor yang baik. Dari semula masih impor 74.903 ton di 2014, lalu turun drastis di 2015 impor 17.429 ton, hingga nol persen di 2016. 

Sejak 2016 hingga saat ini, sudah tidak lagi impor bawang merah dan cabai segar. Bahkan membalikkan keadaan menjadi ekspor yang diprediksikan ekspor bawang merah 2018 sebesar 15 ribu ton. 

"Sedangkan untuk kentang sayur (red: kentang konsumsi) kita sudah tidak perlu impor alias swasembada 2018," katanya.

Lebih jauh Suwandi menyebutkan kinerja ekspor hortikultura yang membaik tak lepas dari topangan kenaikan produksinya. Produksi Jeruk 2017 mencapai 2,3 juta ton naik dari  2013 yang hanya 1,65 juta ton.

"Produksi pisang naik dari 6,28 juta ton menjadi 7,04 juta ton. Produksi Durian 2017 mencapai 795 ribu ton, naik dari tahun lalu 735 ribu ton. Bawang Merah melonjak dari 1 juta ton di tahun 2013 menjadi 1,47 juta ton di tahun 2017," sebut dia.

Suwandi menambahkan subsektor hortikultura mampu menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) 196 triliun di 2017, naik 43 persen dari 2013 sebesar 137,3 triliun. Bahkan, kini hortikultura semakin digandrungi masyarakat karena nilai tambahnya yang sangat menjanjikan.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya