Persepsi Perbankan pada Risiko Ekonomi Turun, Rupiah Bisa Terdongkrak

Petugas menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar di awal pekan ini mengalami pelebaran di atas kisaran Rp14.500 per dolar AS. Di pasar spot, Senin 17 Desember 2018 rupiah diperdagangkan di level Rp14.628 per dolar AS, atau melemah 0,10 dari pembukaan perdagangan hari ini.

Hasil Uji Ketahanan OJK: Perbankan Masih Bisa Mitigasi Pelemahan Rupiah

Sementara itu, pada perdagangan pekan lalu, Jumat 14 Desember 2018, berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor, rupiah bertengger di posisi Rp14,538 per dolar AS, lebih tinggi dibanding hari sebelumnya yang di level Rp14.536.

Kepala Riset Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih beranggapan, kembali masuknya rupiah di tren pelemahan awal pekan ini lebih dipicu oleh sentimen negatif terhadap defisit neraca perdagangan Indonesia yang bakal di rilis Badan Pusat Statistik hari ini yang masih di kisaran US$1 miliar.

Rupiah Amblas ke Rp 16.200 per dolar AS, Gubernur BI Lakukan Intervensi

"Jadi rupiah melemah terbawa sentimen dari potensi defisit neraca perdagangan Indonesia yang diumumkan hari ini. Kemungkinan rupiah bergerak di kisaran lebar antara Rp14.550-Rp14.620 per US$," kata dia sebagaimana dikutip dari analisisnya, Senin 17 Desember 2018.

Sementara, dari sisi eksternal, dia mengungkapkan, pelemahan rupiah masih dipengaruhi oleh kekhawatiran pasar keuangan terhadap perlambatan ekonomi sejumlah negara, seperti China yang terlihat dari turunnya penjualan ritel dan industrial production-nya.

Rupiah Amblas ke Rp 16.270 per Dolar AS Pagi Ini

Selain itu, lemahnya Purchasing Managers Indeks di Uni Eropa, serta kebijakan perdagangan yang masih mengancam karena belum ada kepastian kesepakatan perdagangan antara China dan AS juga ikut lemahkah rupiah hari ini.

"Sementara di saat yang sama kekhawatiran terhadap ekonomi AS yang menuju siklus resesi semakin kuat, bahkan investor mulai mengukur risiko atas ekonomi AS dibandingkan risiko perlambatan ekonomi China," paparnya.

Adapun sentimen positif yang dapat membantu daya dorong pergerakan rupiah terhadap dolar AS, Lana menyebutkan, itu lebih dipicu oleh persepsi perbankan terhadap risiko perekonomian saat ini yang cenderung mengalami penurunan.

Penurunanan itu dikatakannya tergambar dari laporan keuangan perbankan yang mencatat pencadangan atau biaya provisi bank untuk mengantisipasi kredit bermasalah dalam bentuk cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) pada akhir tahun ini yang bakal melandai. 

Data per Oktober 2018, Lana menguraikan, dari 10 bank besar tercatat kenaikan cadangan kerugian sebesar Rp121,4 triliun atau naik 2,33 persen year on year (yoy), tidak sebesar pada periode yang sama pada 2017 yang sebesar Rp118 triliun atau naik 15,6 persen yoy.

"Besarnya pencadangan ini menjadi indikator proyeksi bankir terhadap risiko kredit, sehingga penurunan ini menjadi indikasi persepsi risiko bankir terhadap perekonomian menurun," ujarnya. (lis)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya