Rupiah Terus Menguat, Kadin Sebut Tak Selalu Bikin Pengusaha Happy

Rosan Roeslani.
Sumber :
  • M Yudha Prastya.

VIVA – Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terus terjadi beberapa hari ini, ternyata bikin pengusaha galau. Rupiah perkasa di awal tahun, bahkan hampir kembali sentuh Rp14.000 per dolar AS.

Rupiah Ambruk Pagi ini ke Rp 15.841 per Dolar AS

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) rupiah pada hari ini, Selasa 8 Januari 2019, diperdagangkan di posisi Rp14.031 per dolar AS. Posisi itu menguat dibanding perdagangan hari sebelumnya yang berada di posisi Rp14.105 per dolar AS.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani menilai, kondisi rupiah yang saat ini terus menguat setelah sebelumnya melemah hingga Rp15.000 per dolar AS, membuat rencana bisnis semakin tidak menentu.

Bank Indonesia Proyeksi Dolar AS Bakal Anjlok di Semester II-2024

"Pengusaha nih kalau naiknya kekencangan serba salah, turunnya kekencangan juga serba salah. Inginnya itu stabil. Kalau naik turunnya cepat, kami repot bikin planning-nya karena kami ambil asumsi yang mana," kata Rosan saat ditemui di Jakarta, Selasa 8 Januari 2019.

Menurut Rosan, stabilitas rupiah di posisi tertentu lebih baik diutamakan pemerintah. Sebab, hal itu akan memberikan kepastian berbisnis bagi pelaku usaha, karena akan memberikan kepastian harga dalam perdagangan internasional yang saat ini masih didominasi dengan penggunaan dolar AS.

Rupiah Menguat Pagi Ini, tapi Berpotensi Balik Melemah

Dia mengatakan, jika penguatan nilai tukar rupiah terlalu kencang terjadi, hal itu hanya akan membuat harga-harga komoditas ekspor memiliki harga yang tidak kompetitif. Misalnya saja komoditas batu bara yang saat ini dikatakannya kewalahan karena telah mematok asumsi kurs di kisaran Rp15.000 menjadi kisaran Rp14.000 per dolar AS.

"Jadi memang mungkin banyak yang bilang rupiah menguat kencang, bagus nih. Bagi pengusaha, tidak selalu begitu. Dan mungkin untuk kita yang orientasinya ekspor, mungkin kurang happy juga dengan penguatan yang begitu kenceng," tutur Rosan.

"Ya seperti yang komoditas batu bara. Mereka mah turunnya lumayan kenceng, tadinya asumsinya Rp15.000, Rp14.500. Yang kami harapkan sih fluktuasi yang tidak signifikan. Mungkin pengusaha maunya yang seperti itu," ujarnya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya