Evaluasi Setahun Kereta Bandara Soetta, Penumpang Sepi

Sejumlah penumpang berjalan menuju pintu keluar seusai menggunakan jasa transportasi kereta bandara Railink di Stasiun BNI City, Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

VIVA – Per 2 Januari 2019, genap satu tahun KA Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) beroperasi. Namun masih banyak hal yang perlu diperbaiki terkait pengelolaan kereta bandara tersebut.

Temukan Tas Berisi Uang Rp 14 Juta di Stasiun Binjai, Petugas KAI Kembalikan ke Pemilik

Hal itu diungkapkan peneliti Institut Studi Transportasi (Instran), Deddy Herlambang. Menurutnya, tingkat keterisian penumpang atau okupansi menunjukkan bahwa KA Bandara jauh dari harapan. 

"Setelah satu tahun kita lihat fungsi KA bandara jauh dari harapan kami sebagai praktisi angkutan umum," kata Deddy dalam diskusi di Jakarta, Rabu 9 Januari 2019.

Ingin Diintegrasikan, Jokowi Minta Transportasi Publik Harus Mudah dan Nyaman

Berdasarkan studi Instran, Deddy menguraikan, keterisian penumpang atau okupansi kereta bandara masih 26 persen. Idealnya, kata dia, harusnya tingkat keterisian sebesar 60 persen. 

Saat ini, PT Railink sebagai operator telah melakukan 70 slot perjalanan kereta dari 82 slot yang tersedia. Disebutkan, apabila satu rangkaian sarana KA SF6 berkapasitas 272 orang maka total penumpang per hari harus mampu memuat 19.040 penumpang. 

KAI Commuter Sebut Tak Ada Korban Dalam Insiden Kereta Bandara Tabrak Stasiun Bandara Soetta

Namun berdasarkan data PT Railink hingga November okupansinya pada hari biasa hanya 2.700 sampai 3.000 penumpang per hari. Kemudian hari Jum'at bisa mencapai 4700 hingga 5000 penumpang dan Sabtu-Minggu, hanya 2000 hingga 2500 penumpang. 

Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Kemenhub, Zulmafendi mengakui salah satu kendala sepinya penumpang adalah tarif KA Bandara yang tiketnya masih termasuk mahal. Masalah kedua adalah fasilitas atau akses menuju KA Bandara yang masih belum optimal. 

Untuk tarif ini, Zulmafendi menekankan, pemerintah belum bersikap akan memberikan subsidi kepada operator. Ia berharap PT Railink mampu mengupayakan secara internal agar tarif bisa diturunkan. 

Pemerintah kata dia, memang membedakan KA Bandara dengan kereta commuter yang mendapat subsidi atau Public Service Obligation (PSO). 

"Mungkin bisa dilakukan hal tertentu (di internal PT Railink) paling tidak dapat menurunkan tarif. Karena kita lihat, tarif penting untuk diperhatikan supaya animo masyarakat semakin meningkat," katanya. 
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya