Awas, Gula Rafinasi Mulai Beredar di Toko Online

Gula rafinasi (ilustrasi).
Sumber :
  • VIVA/Yandi Deslatama

VIVA – Kementerian Perdagangan menyatakan, peredaran gula rafinasi saat ini telah ditemukan merembes hingga pasar-pasar online. Gula rafinasi itu sendiri, merupakan gula olahan yang ditujukan untuk bahan baku industri, bukan konsumsi masyarakat.

PB KAMI Laporkan Dugaan Oknum Pejabat yang Terima Suap Pengusaha Oli dan Sparepart Palsu

Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kemendag, Veri Anggriono menjelaskan, penemuan itu dilakukan, setelah Kemendag melakukan pengawasan barang beredar, pengawasan tertib niaga, dan hasil uji petik yang dilakukan pada 2018.

"Ada beberapa waktu yang lalu, gula rafinasi diperdagangkan di online, nah ini kan agak janggal, padahal kan itu diperuntukkan bagi industri makanan dan minuman. Itu sudah kita amankan," katanya saat ditemui di kantornya, Kamis 17 Januari 2019.

Kementerian Perdagangan dan Penegak Hukum Diminta Lebih Tegas Tangani Peredaran Oli Palsu

Menurut pengamatannya, penjualan gula yang tidak semestinya diedarkan ke publik itu, diperdagangkan secara online dalam bentuk karungan seberat 50 kilogram. Meski begitu, dia belum mampu menyebutkan perhitungan jumlah hasil temuan peredaran gula itu di pasar online sepanjang 2018.

"Dalam bentuk karungan, karungan 50 kilogram di online. Dan, kita sudah tegur dan mereka menyatakan mengakui kesalahan dan tidak memperdagangkannya," ungkap Veri.

PB KAMI Desak Kementerian Perdagangan Cabut Izin Perusahaan Pembuat Oli Palsu

"Selama pengawasan di pedagang-pedagang online tidak dalam jumlah banyak mereka lakukan perdagangan, tetapi ini melanggar. Ini pedagang gula rafinasi ini kan, dikhususkan untuk industri dan tidak seyogyanya di daftarkan di online," tambah dia.

Dia menyebutkan, gula rafinasi karungan itu diperdagangkan di pasar online dengan harga kisaran Rp12.000 per kilogram. Saat ini, Kementerian Perdagangan telah melakukan teguran dan akan siap menindaklanjuti persoalan tersebut hingga sangsi adminstratif maupun pidana bila kembali ditemukan.

"Kami sudah instruksi ke industri-industri rafinasi kalau menjual produknya itu (ke industri pengguna) jangan hanya dilihat dari dokumennya saja. Coba luangkan waktu, periksa industrinya, berapa sebetulnya kebutuhannya. Kan secara kasat mata bisa dilihatlah kebutuhannya," tegas Veri. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya