Perekonomian Global Semakin Kondusif, Rupiah Stabil di Rp14.100

Rupiah Menguat
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali mengalami penguatan hari ini, Jumat, 18 Januari 2019. Mata uang Garuda mempertahankan stabilitasnya di kisaran Rp14.100 sepanjang pekan ini.

Rupiah Sentuh Rp 16.200 per Dolar AS, Begini Prediksi Terbaru Astronacci

Di pasar spot, niliai tukar rupiah saat ini diperdagangkan di posisi Rp14.155 per dolar AS, atau menguat 0,04 persen dibanding posisi pembukaan perdagangan pagi ini yang bertengger di posisi Rp14.180 per dolar AS.

Kepala Riset Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih mengatakan, pergerakan rupiah tersebut tidak terlepas dari sentimen positif pelaku pasar terhadap kondisi perekonomian global saat ini yang semakin kondusif. Seperti, melunaknya perang dagang antara AS dengan China, maupun kebijakan suku bunga acuan Bank Sentral global yang tidak lagi agresif.

Rupiah Terperosok ke Rp 16.270 per Dolar AS

Dia menjelaskan, melunaknya perang dagang antara AS dengan China itu terlihat setelah Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin menyatakan akan menarik sebagian items dalam rencana pengenaan tarif terhadap barang-barang impor China, dan mengisyaratkan potensi kesepakatan tarif antara AS-China pada pertemuan 30 Januari mendatang.

"Pasar menyambut positif potensi kesepakatan tersebut. Pagi ini mata uang kuat Asia utama, yen Jepang dan dolar Singapura kompak dibuka menguat terhadap US Dolar yang bisa menjadi sentimen penguatan rupiah menuju kisaran antara Rp14.150 sampai dengan Rp.14.190 per dolar AS," kata dia seperti dikutip dari analisisnya, Jumat 18 Januari 2019.

Rupiah Melemah, BI Koordinasi dengan Pemerintah Lakukan Langkah Stabilisasi

Sementara itu, tren suku bunga acuan global yang tidak lagi agresif sebagaimana yang terjadi di 2018, dikatakannya dapat terlihat dari hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang diumumkan kemarin, Kamis 17 Januari 2019.

Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI-7 day reverse repo rate di posisi enam persen dengan mempertimbangkan arah suku bunga acuan bank sentral AS atau The Federal Reserve yang diperkirakan melunak di 2019.

Selain itu, Bank Indonesia mengambil langkah itu dengan mempertimbangkan tingkat bunga tersebut konsisten dengan upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas yang aman, dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik. BI menargetkan defisit transaksi berjalan ke level 2,5 persen dari PDB dari posisi rata-rata selama tiga kuartal di tahun 2018 yang tercatat sebesar 2,85 persen.

"Keputusan ini sejalan dengan ekspektasi konsensus. Kami perkirakan 7 DRR (7-day repo rate) masih berpotensi naik 1-2 kali di tahun 2019 ini." (mus) 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya