Kunci Sukses Bisnis Properti di Tahun Babi Tanah

Pengunjung melihat maket rumah di pameran properti di Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

VIVA – Rumah.com Property Index terbaru menunjukkan perlambatan kenaikan harga properti dari sisi penawaran pada kuartal IV 2018 dibandingkan dengan kuartal III pada tahun yang sama. Meski demikian, pasar properti di 2019 diprediksi tetap stabil.

Ratusan Agen Hadir Siap Sukseskan Penjualan Properti yang Ada di Indonesia

Secara kuartalan, Rumah.com Property Price Index nasional meningkat sebesar 0,4 persen pada kuartal IV 2018, melambat jika dibandingkan kuartal III yang mengalami kenaikan 2,3 persen dibanding kuartal sebelumnya. Meski demikian, perlambatan ini dinilai cukup wajar. 

"Fokus masyarakat pada kuartal keempat adalah menghabiskan akhir tahun dan menyambut liburan, bukan mencari properti atau berinvestasi," ujar Country Manager Rumah.com, Marine Novita dikutip dari keterangan resminya, Selasa 22 Januari 2018. 

Dari Upah Sinetron Sejak Umur 9, Nikita Willy Miliki Bisnis Mentereng

Sementara itu Marine juga mengungkapkan, ada indikasi harga properti hunian di Ibu Kota mendekati titik jenuh. Hal tersebut tercermin dari Rumah.com Property Price Index DKI Jakarta kuartal IV 2018 mengalami perlambatan kenaikan menjadi 0,1 persen dari sebelumnya meningkat 0,7 persen di kuartal III dibanding kuartal sebelumnya. 

Saat ini menurutnya, pasar properti di DKI Jakarta lebih banyak tersedia untuk sektor menengah ke atas, sementara permintaan lebih banyak datang dari sektor menengah dan menengah-bawah. Suplai ini lebih banyak tersedia di sekitar ibu kota, terutama Jawa Barat yang memiliki tiga kota yang menempel langsung ke Jakarta.

Melantai di Bursa New York, PropertyGuru Raup Dana Segar US$254 Juta

"Jawa Barat, sebagai salah satu penyumbang suplai residensial terbesar, mengalami kenaikan harga sebesar 1,8 persen pada kuartal IV 2018 dibandingkan kuartal III 2018. Kenaikan ini mengalami percepatan di mana pada kuartal III hanya meningkat sebesar 1,5 persen," Marine.

Marine mengakui kemungkinan perlambatan berlanjut hingga pertengahan kuartal II tahun depan karena adanya Pemilu 2019. Namun, ia juga optimistis dengan prospek kuartal III dan IV tahun depan. 

"Pelaku pasar properti memang masih wait and see. Namun, apapun hasil Pemilu 2019 nanti, saya yakin pasar akan berjalan normal kembali. Sebenarnya mereka menunggu agar pasar kembali fokus, bukan menunggu siapa yang terpilih," katanya.  

Apalagi, pemerintah telah melakukan sejumlah kebijakan yang mendukung pertumbuhan pasar properti, terutama di sektor residensial. Salah satu yang menarik adalah pelonggaran Loan to Value (LTV). 

"Ini sangat baik karena sebagian besar kendala yang dialami masyarakat dalam membeli properti adalah uang muka," jelas Marine.

Sebagai informasi, data Rumah.com Property Index merupakan hasil analisis dari 400 ribu listing properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia. Dengan lebih dari 17 juta halaman yang dikunjungi setiap bulan dan diakses oleh lebih dari 5,5 juta pencari properti setiap bulannya.

Tahun babi tanah 

Dinamika politik di paruh pertama 2019 sedikit banyak akan berdampak pada dunia properti namun kondisinya akan membaik menjelang paruh kedua. Feng Shui Consulting Indonesia, Yulius Fang memprediksi, kondisi pasar properti pada tahun Babi Tanah secara umum akan lebih baik dibanding kondisi di tahun sebelumnya, yakni Anjing Tanah.

"Kalau anjing tanah itu unsurnya sama-sama tanah, sementara properti juga tanah. Sehingga jadi slow down banget. Gambarannya seperti bukit. Jadi artinya properti stoknya banyak pengembangnya banyak," ungkapnya. 

"Sementara babi elemennya air dan tanahnya itu kecil seperti lada, yang artinya juga tanah dalam kondisi gempur siap ditanam. Tanah yang lembek ini adalah tahunnya menanam, perlu kesabaran dan kejujuran" Fang menjelaskan. 

Bertolak dari penjelasan tersebut, untuk sukses di tahun Babi Tanah ini, seseorang perlu memiliki unsur air yang punya sifat likuiditas, dinamis, dan fleksibel. Sifat ini terutama harus dimiliki oleh mereka yang berbisnis di bidang properti. 

Tanah lanjutnya memiliki makna positif di 2019. Sebab, menyerap air dan menyediakan lingkungan yang subur, yang berarti peluang baru, termasuk dalam hal keuangan. 

Mengadaptasi sifat air yang dinamis, Fang menyarankan agar pelaku bisnis properti bersikap fleksibel untuk bertahan menghadapi perlambatan yang mungkin akan terjadi pada paruh pertama 2019 ini. Peluang di paruh pertama 2019 tetap ada meski terjadi perlambatan.

"Pengembang sebaiknya terus menerapkan berbagai strategi yang berkaitan dengan kemudahan pada skema pembayaran. Misalnya bebas bayar tiga bulan. Memang harus sabar," ungkapnya. 

Kalau di sisi end user lanjut dia permintaan properti tetap ada dan mereka juga cukup cerdas. Bagi konsumen dengan penghasilan tetap dan mampu membeli properti, saat ini adalah prospek yang bagus. 

Sebab, permintaaan dan suplai itu bertemu. Sehingga penentuan membeli di tahun Babi Tanah tidak terkendala untuk kelas menengah apalagi end user. Namun Fang mengingatkan, agar di tengah semangat membeli rumah tahun ini, end user tetap berhati-hati dalam prosesnya. 

"Harus lebih realistis, terutama yang berprofesi sebagai wirausaha harus sesuai dengan daya beli karena potensi perambatan masih ada. Tahun Babi Tanah menurut riset akan mudah terjadi penipuan dan investasi bodong," ungkapnya. 

"Pastikan pikiran tetap jernih, kalau bisa beli dari developer terpercaya. Jangan lupa juga berkonsultasi dengan pakar sebelum membeli," tegasnya. (lis)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya