Golongan Menengah-Atas Pilih Beli Properti Tunai Ketimbang Kredit

Diskusi Proyeksi Arah Properti 2019.
Sumber :
  • VIVA/Fikri Halim

VIVA – Pembelian properti melalui skema kredit perbankan, ternyata tidak begitu diminati oleh golongan menengah ke atas. Mereka disebut lebih memilih menggunakan cash atau bayar tunai, dibanding membeli dengan instrumen perbankan.

Kembangkan Kawasan Hijau, Lippo Cikarang Sudah Tanam 95.427 Pohon

Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI), Lukas Bong mengatakan, hal itu tercatat dalam laporan salah satu bank swasta besar di Indonesia. Dalam catatan bank tersebut, hingga kuartal III 2018, ada Rp550 triliun transaksi pembelian properti dan 10-15 persennya melalui agen properti.

"Yang menarik, ternyata cukup banyak yang bayar cash di developer (pengembang), tidak melalui instrumen perbankan, KPR (Kredit Pemilikan Rumah), atau KPA (Kredit Pemilikan Apartemen). Terutama, yang cash itu untuk kelas menengah atas," kata Lukas dalam diskusi 'Proyeksi Arah Properti 2019' di JS Luwansa, Jakarta, Kamis 24 Januari 2019.

Penyanyi Hizrah yang Sempat Viral Kini Sukses Jadi Milyarder di Bisnis Herbal

Menurut dia, hal ini menunjukkan bahwa sebetulnya masyarakat memiliki dana untuk membeli properti, namun lebih selektif untuk memutuskan pembelian. Khusus untuk golongan bawah, justru lebih banyak membeli properti menggunakan KPR maupun KPA.

Investor properti, Lukas melanjutkan, juga memilih waktu yang tepat untuk membeli. Mereka mercermati peluang untuk membeli saat harga dikoreksi oleh developer.

Miliarder di Vietnam Dijatuhi Hukuman Mati Gegara Menipu Bank Rp 697 Triliun

"Misalnya ada yang beli Rp5 M (miliar), kemudian jual ke Pasar 10 M, dilepas ke market tidak laku  potong Rp2 M, jadi Rp8 M, baru dibeli. Jadi, pada wait and see, investor nunggu harga sampai terkoreksi baru beli," kata dia.

Properti saat ini, disebut masih menjadi kebutuhan primer. Hal itu terlihat, dari peningkatan transaksi pembelian properti yang cukup agresif. Properti juga dinilai masih cukup baik untuk dijadikan sebagai investasi.

"Properti itu instrumen yang menarik untuk investasi, kalau harga dikoreksi 20-30 persen saja itu pasti dibeli," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya