Tujuh Hal Sepele Ini Bisa Hancurkan Bisnis Anda

Ilustrasi perjanjian bisnis.
Sumber :
  • CryptoCurry

VIVA – Membangun suatu bisnis membutuhkan perjuangan yang besar, sama seperti ketika Anda mengisi air ke dalam tangki berukuran raksasa. Jika Anda bermalas-malasan, tangki tidak akan pernah penuh.

Marshanda Blak-blakan Ngaku Kesulitan Keuangan Hingga Ngutang untuk Pengobatan

Sebaliknya, jika Anda giat mengisi walaupun sedikit demi sedikit, tangki akan cepat penuh dan bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Agar perjuangan yang dilakukan tidak sia-sia, Anda perlu mencurahkan bahkan mengorbankan banyak hal dalam membangun bisnis. Kunci utamanya ada pada diri sendiri selaku motor penggerak dari bisnis.

Sempat Diremehkan, Michella Ham Bagi Tips Sukses Bangun Bisnis di Usia 23 Tahun

Tapi kadang banyak yang tak menyadari kebiasaan-kebiasaan yang dianggap remeh-temeh itu bisa menghambat bisnis yang dibangun. Kebiasaan seperti apakah itu?

Seperti dikutip dari Cermati.com, jangan pernah menganggap remeh tujuh kebiasaan kecil ini karena bisa menghancurkan bisnis Anda.

5 Tips Bisnis, Memulai Usaha Rumahan Modal Kecil di 2023

1. Mengabaikan pencatatan keuangan secara berkala

Mengabaikan keuangan sama seperti membawa kehancuran bagi bisnis. Keuangan menjadi hal yang paling krusial. Keuangan yang dirancang jelas akan membantu Anda dalam mengembangkan bisnis.

Sehingga arus pengeluaran menjadi lebih terarah dan sesuai bujet yang ditentukan. Buat catatan keuangan secara berkala, baik bulanan maupun tahunan. 

Anggaran bulanan sangat membantu untuk memprediksi pengeluaran dalam jangka pendek, sedangkan anggaran tahunan membantu Anda untuk mengetahui kinerja bisnis yang sesungguhnya. 

2. Lupa memisahkan uang pribadi dan uang usaha

Arus pemasukan uang pribadi dan uang usaha tentu berbeda. Hindari mencampuradukkan dua sumber pemasukan ini untuk menghindari keuangan yang tidak stabil.

Gunakan uang pribadi untuk memenuhi kebutuhan pribadi, seperti membayar asuransi, membeli kebutuhan pokok dan lainnya. Sementara itu, uang usaha digunakan untuk membiayai kebutuhan usaha, seperti membeli bahan baku, membayar gaji karyawan, dan lainnya. 

Memisahkan keuangan pribadi dan usaha memang sering kali dianggap remeh. Jika tidak segera dibenahi, keuangan Anda akan menjadi simpang siur dan tidak memiliki arah serta tujuan penggunaan yang jelas. 

3. Salah dalam memilih pemasok (Suplier)

Kinerja bisnis tidak akan berjalan maksimal tanpa bantuan seorang pemasok, terutama untuk bisnis yang bergerak di sektor produksi. Sebelum mulai memproduksi, cari dan tetapkan pemasok untuk menyuplai bahan baku selama kegiatan produksi berlangsung.

Pilih pemasok yang memiliki persediaan melimpah sehingga Anda tidak perlu gonta-ganti pemasok ketika stok bahan baku habis.

Pastikan harga bahan baku yang ditawarkan pemasok terjangkau sehingga harga produk yang dijual kepada konsumen tidak terlalu mahal. Bandingkan harga dari beberapa pemasok untuk mendapatkan satu pemasok utama. 

4. Kurang mampu menetapkan harga jual

Kehadiran kompetitor baru menyebabkan persaingan bisnis semakin ketat. Terutama jika kompetitor berhasil menetapkan harga produk yang lebih terjangkau. Namun, perbedaan harga seperti ini tidak perlu terlalu diambil pusing, karena harga yang terlalu rendah perlahan-lahan akan membawa bisnis pada zona ketidakstabilan bahkan berujung pada kebangkrutan.

Agar tidak kalah bersaing, tetapkan harga produk yang sesuai. Artinya tidak terlalu mahal, dan tidak terlalu murah. Pertimbangkan kenaikan harga bahan baku saat memproduksi produk untuk mencegah terjadinya kenaikan harga penjualan produk yang signifikan.

5. Sikap owner yang kurang bersahabat

Kesuksesan dalam berbisnis tidak lepas dari campur tangan para karyawan. Untuk itu, jaga hubungan baik dengan karyawan melalui komunikasi sehari-hari.

Pahami apa yang menjadi kebutuhan karyawan dan segera penuhi, apalagi jika tujuannya untuk menunjang produktivitas karyawan di kantor. Misalnya, menyediakan satu set komputer untuk memudahkan proses input data pelanggan.

Hindari sifat yang kurang bersahabat, seperti arogan dan cuek. Sifat ini dapat menimbulkan gap antara owner dan karyawan sehingga komunikasi antara kedua belah pihak tidak berjalan maksimal. Akibatnya, informasi yang disampaikan sering tidak tepat sasaran.

6. Fokus mengurusi bisnis orang lain

Bisnis milik kompetitor bisa saja lebih sukses daripada bisnis yang Anda jalankan. Namun, jangan pernah iri terhadap kesuksesan yang diraih orang lain, apalagi sampai ikut campur pada bisnis orang. Usahakan agar tetap fokus mengembangkan bisnis sendiri saja.

Jika bisnis stagnan dan tidak berkembang, segera temukan akar penyebabnya. Bila perlu, catat kekurangan yang ada pada bisnis secara rinci, lalu benahi bagian yang dianggap masih kurang memuaskan.

7. Kinerja bisnis yang kurang terorganisasi

Pengusaha sejati bukan orang yang harus diperintah untuk melakukan ini dan itu. Sebab, mereka tahu apa yang harus dikerjakan sehingga pekerjaan mereka selalu terarah dan tepat sasaran.

Selain itu, pengusaha juga mampu menyeimbangkan antara kehidupan pribadi dan bisnis agar keduanya tidak berat sebelah. Bedakan waktu untuk bekerja dan waktu untuk menikmati momen bersama keluarga.

Jangan terlalu fokus mengurus bisnis agar urusan keluarga tidak terbengkalai, terutama jika Anda sudah menikah. Karena kondisi keluarga pun juga bisa memengaruhi kelancaran usaha.

Perhatikan aspek dalam bisnis secara detail.

Aspek yang ada dalam bisnis, baik besar maupun kecil harus diperhatikan secara detail. Jangan hanya fokus pada hal-hal besar sehingga Anda mengabaikan hal-hal kecil. 

Sebab, hal-hal kecil memberikan pengaruh yang besar terhadap bisnis. Jika hal-hal kecil saja tidak mampu diatasi, itu artinya Anda juga tidak akan mampu mengatasi hal-hal yang lebih besar nantinya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya