Darmin Ungkap Sawit Paling Irit Lahan untuk Produksi Minyak Nabati

Ilustrasi minyak nabati
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution, mengungkapkan, dalam menghasilkan minyak nabati, kelapa sawit mampu menghasilkan minyak nabati sembilan kali lebih efisien ketimbang komoditas lainnya dalam hal pemanfaatan luas lahan.

Ekspansi Bisnis, Sumber Tani Agung Bidik Rp530,63 M dari IPO

Hal itu disampaikannya usai melakukan pertemuan dengan Kepala Satuan Tugas Kelapa Sawit International Union for Conservation of Nature (IUCN), Erik Meijaard, di Kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta, Senin, 4 Februari 2019. 

Darmin mengatakan, dalam pertemuan itu, Erik menyampaikan hasil penelitiannya yang telah dipublikasikan pada 2018. Tentang, keefisienan kelapa sawit dalam memproduksi minyak nabati. 

Ekonomi Kuartal-IV Tumbuh 5,02%, Ini Andil Harga Sawit dan Batu Bara

Dia mengatakan, dalam memproduksi satu ton minyak nabati, kelapa sawit hanya membutuhkan 0,26 hektare. Sementara itu, bunga matahari dikatakannya membutuhkan 1,43 hektare untuk memproduksi 1 ton minyak nabati, serta kacang kedelai membutuhkan dua hektare lahan.

"Jadi perimbangannya diperlukan lahan sampai dengan 8 atau 9 kali lipat lebih luas untuk tanaman lainnya menghasilkan 1 ton minyak nabati dibanding sawit," kata Darmin saat konferensi pers usai pertemuan tersebut.

Di Depan Sri Mulyani, Wagub Sumut Minta Bagi Hasil Pajak Kebun Sawit

Sementara itu, lanjut dia, kebutuhan minyak nabati dunia diperkirakan terus meningkat hingga 2050 atau mencapai 310 ton. Dengan begitu, ditegaskan Darmin, minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang paling efisien untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

"Artinya memahami bahwa kebutuhan minyak nabati dunia masih akan meningkat terus sampai 2030, 2040, dan 2050, kalau kelapa sawit misalnya tidak ditambah luasnya maka akan dibutuhkan lahan luas sekali untuk memenuhi minyak nabati jenis lainnya. Dan itu bukan solusi yang bisa dipikul dunia," tuturnya.

"Saya kira studi ini suatu permulaan yang bagus untuk kemudian melahirkan pemahaman yang lebih baik dari berbagai pihak yang dewasa ini ada upaya untuk melakukan kampanye-kampanye yang tidak benar atau tidak seluruhnya benar," ujar Darmin. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya