- ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
VIVA – Pemerintah meminta pelaku usaha di sektor pangan untuk berinvestasi teknologi pergudangan. Ini ditujukan, supaya stabilitas harga pangan betul-betul dapat tercapai berdasarkan potensi produksi pangan domestik yang masih besar.
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud mengatakan, investasi itu penting, karena Indonesia belum mampu terlepas dari persoalan faktor musiman dalam menjaga stabilitas harga.
Yakni, harga menjulang tinggi, ketika masa paceklik dan rendah atau stabil, ketika masa panen raya terjadi. Hal itu ditegaskannya, dipicu oleh belum adanya teknologi pergudangan untuk menjaga stok bahan pangan supaya memiliki jangka panjang di semua sektor pangan.
"Jadi, ini sebenarnya petaninya sudah terwujud ketahanan pangan, yang masalah pendukungnya, yakni logsitik. Karena, penyimpanan cabe saja misalnya jadi soal, cuma bisa tahan dua minggu," ungkap dia di Menara Kadin, Jakarta, Kamis 14 Februari 2019.
"Semua industri bilang sudah ada partnership dengan petani, karena katanya sebagai pemasok kami. Jadi, tidak mungkin kelebihan isi gudangnya untuk jaga stok kita. Jadi, Kadin (Kamar Dagang dan Industri) bantu dong dengan teknologi investasi untuk simpan saat panen raya dan paceklik," tambah dia.
Lebih lanjut, menurut dia, kunci agar stabilitas pangan dapat terjaga tanpa perlu adanya impor barang, demi menjaga keterisian stok pangan. Maka, teknologi pergudangan berjangka panjang itu menjadi fokus pemerintah ke depannya.
"Bulog (Badan Urusan Logistik) sudah berupaya investas-investasi baru bangun RMU (Rice Milling Unit), serta bangun ini itu. Tetapi, itu belum cukup, karena distribusi sawah kita luas sekali. Produksi surplus, memang ada di enam provinsi. Yang jadi inti, kita siapkan gudang baik dan cukup supaya beras rakyat bisa disinpan sampai setahun," papar Musdhalifah. (asp)