2020, Smelter Berteknologi Baru Dibangun di Pulau Obi

Smelter nikel milik PT Mega Surya Pertiwi (Harita Group) di pulau Obi.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ifan Gusti

VIVA – Perusahaan tambang feronikel PT Harita Group memastikan bakal membangun pabrik pengolahan atau smelter, berteknologi baru untuk kebutuhan nasional di bawah kadar 1,1 persen di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara .

Satu Tahun Berdiri, Intip Langkah MIND ID Genjot Hilirisasi Produk Tambang Nasional

Kepada VIVA, Head of Site, Harita Gruop, Yonsel Evand Roos, Senin 18 Februari 2019 mengungkapkan, smelter yang direncanakan dibangun pada 2020 itu berbeda dari teknologi Rotary Kiln Submerged Arc Furnace yang digunakan oleh anak perusahaannya yakni PT Mega Surya Pertiwi dalam produksi nikel di Kawasan Pulau Obi.

"Teknologi terbaru yang ada pada smelter itu, khusus mengelola Ore yang kandungan hidrogen mineralnya 1,1 persen nikel," ujar Yonsel.

Smelter Grade Alumina Refinery Diprediksi Produksi 1 Juta Ton Alumina per Tahun

Selama ini, kadar 1,1 persen, kata Yonsel, tidak pernah diproduksi para perusahaan tambang nikel di Indonesia karena nilainya sangat rendah di pasaran.

"Ore yang kami suplai ke pabrik untuk produksi kadar nikelnya mencapai 1,85 persen. Sementara, untuk ekspor kadarnya 1,68 persen," tutur Yonsel.

Tinjau Smelter Grade Alumina Refinery di Kalbar, Jokowi: Ini Pekerjaan Besar untuk Hilirisasi

Yonsel mengaku, dalam beberapa dekade, teknologi produksi nikel dengan kadar 1,1 persen belum tersedia. Apabila perusahaannya mampu menyediakan pada 2020 dipastikan produksi nikel kadar 1,1 persen tersebut hanya dikhususkan untuk kebutuhan dalam negeri.

"Dengan kehadiran teknologi smelter semacam itu, Harita Group optimis melakukan produksi nikel secara maksimal tanpa terkecuali guna mendongkrak ekspor dan pemakaian dalam negeri," tutur Yonsel.

Sejak Januari 2019, Harita Group telah mengumpulkan material yang kadarnya nikelnya 1,1 persen sebanyak 200 ribu ton/kubik untuk diproduksi bila pabrik pengelolaannya sudah tersedia. 

Smelter canggih yang masih dirahasiakan itu,rencananya didirikan di atas area 80 hektare. Di mana, pembangkit listrik atau power plan-nya sudah mencapai 80 persen.

"Nilai investasinya mencapai US$350 juta. Ini juga dapat menciptakan lapangan kerja baru sebanyak 7.000 karyawan dan menambah kuota ekspor yang tadinya empat juta ton per tahun, ke depan mencapai 5,4 juta," ujar Yonsel. (art)

Laporan kontributor tvOne, Ifan Gusti

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya