Pakai Bonggol Pisang, Wirendra Ajak Petani Pangkas 50% Biaya Pupuk

Politisi Partai Golkar, Wirendra Tjakrawerdaya membagi tips bagaimana membuat pupuk alami di hadapan para petani di Cilacap.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Politikus Partai Golkar, Wirendra Tjakrawerdaya, mengajak para petani untuk lebih kreatif dalam memangkas biaya produksi. Dalam kunjungannya di dua desa di Cilacap, Jumat 22 Februari 2019, Wirendra membagi tips bagaimana membuat pupuk alami atau pupuk hayati tanpa merusak kesuburan tanah.

Ditanya soal Status Keanggotaan Partai Politiknya, Gibran Bilang Begini

Berbekal bonggol pisang, caleg DPR RI Dapil Jawa Tengah VIII itu memberi pelatihan dan penyuluhan di Desa Tritih Lor dan Desa Kalisabuk, Cilacap. Di hadapan para petani, Wirendra mempraktikkan cara membuat pupuk hayati majemuk dengan bahan-bahan murah dan ada di sekitar petani.

Wirendra menggabungkan bahan-bahan seperti  bonggol pisang, air bekas cucian beras serta sedikit gula merah. Bahan-bahan tersebut diproses dan difermentasikan selama 15 hari. Setelah itu beberapa jenis bakteri akan hidup dan berkembang biak di dalam tanah. 

Soal Wacana PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Airlangga Sebut Bakal Bahas di Internal KIM

"Bakteri ini lah yang akan menghasilkan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman seperti NPK termasuk adanya bakteri pengurai dan bakteri penghasil zat perangsang tumbuh," kata Wirendra di hadapan para petani, seperti dikutip dari siaran persnya.

Menurutnya, dengan menggunakan pupuk hayati tersebut, petani dapat mengoptimalkan hasil panen. Selain memangkas biaya produksi, tanah subur dan beras lebih sehat jika dikonsumsi.

Punya Harta Rp23 M, Intip Koleksi Kendaraan Ridwan Kamil yang Ditugaskan Maju Pilgub Jakarta

Dijelaskan Wirendra, kondisi petani padi saat ini masih menggunakan dosis pupuk kimia dan pestisida yang salah kaprah. Banyak petani yang berpikir bahwa jika pupuk diberikan semakin banyak maka hasil panen akan semakin meningkat. Pemikiran tersebut disebutnya keliru.

Pemakaian pupuk yang berlebih bukan saja merusak tanaman dan meracuni tanaman, tapi  juga akan membuat tanah semakin rusak kesuburannya. Hal itu lah yang menggerakkan Wirendra untuk mengampanyekan sebuah metode bertani dengan biaya murah.

"Yang perlu dibangun dari para petani saat ini adalah bagaimana caranya agar SDM dan keterampilan petani bisa dibangun terutama dalam hal kemampuan petani untuk menyuburkan tanah dan petani mampu membuat pupuk hayati majemuk," ujarnya.

Saat ini, Wirendra berpendapat kondisi mikroba tanah saat ini relatif sudah punah lantaran dampak penggunaan pupuk dan pestisida yang kadang tidak sesuai dengan aturan dan dosis yang dianjurkan.

Harapan pelatihan dan penyuluhan yang sudah dilakukan di beberapa desa di Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap tersebut adalah agar para petani dalam bertani bisa menekan biaya pupuk, mengurangi, bahkan tidak mengaplikasikan racun ke dalam sawah. 

"Jika tanah subur maka biaya petani untuk membeli pupuk kimia dan pestisida bisa ditekan hingga sampai 50 persen dan yang terutama beras lebih sehat dan petani bisa lebih sejahtera," tutur Wirendra. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya