Tekan Backlog, Milenial Didorong Berbisnis Properti

Ilustrasi bisnis properti.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

VIVA – Kebutuhan akan properti, khususnya tempat tinggal, di Indonesia diperkirakan tidak akan surut. Apalagi, Indonesia saat ini mulai memasuki bonus demografi, di mana kelas menengah dan angkatan kerja muda terus tumbuh. Mereka ini rata-rata disebut kaum milenial.

Program Petani Milenial Kaltim Diluncurkan untuk Ketahanan Pangan IKN

Dalam kajian Badan Pusat Statistik, jumlah milenial di Indonesia akan mencapai 90 juta jiwa pada 2020. Para milenial yang masuk pada usia produktif akan menjadi tulang punggung ekonomi, sekaligus menjadi target utama pasar properti tanah air. 

Direktur PT Bank Tabungan Negara R Mahelan Prabantarikso mengungkapkan, potensi tersebut merupakan peluang bagi pihak-pihak terkait sektor perumahan untuk menekan backlog properti di Indonesia yang masih tinggi saat ini. 

Mau Kaya di Usia Muda? Ini Tips Jitu untuk Milenial dan Gen Z

"Ini merupakan peluang, apalagi backlog properti di Indonesia sekitar 11,4 juta unit yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah, pengembang properti dan perbankan untuk memperbaikinya,” kata Mahelan, yang dikutip dari keterangan resminya, Selasa 5 Maret 2019. 

Dia mengatakan, sebagai bank yang fokus di sektor properti, BTN pun memanfaatkan peluang tersebut dengan menyediakan sejumlah program. Selain sebagai bank Penyalur Fasilitias Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), BTN juga aktif melakukan edukasi, serta literasi terkait bisnis properti dan mengembangkan kuantitas dan kualitas developer di Indonesia.  

Survei LPI, Mayoritas Gen Z dan Milenial Tidak Setuju PDIP dan Gerindra Berkoalisi

Terkait dengan edukasi bisnis properti itu, BTN menjalin kerja sama dan menggelar workshop ataupun kuliah umum di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia. Salah satunya Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman yang telah dilakukan hari ini.  

BTN gandeng UMM edukasi bisnis properti untuk milenial.

Dia menjelaskan, literasi properti dan workshop ini ditujukan bagi para milenial yang duduk di perguruan tinggi untuk memperdalam pengetahuan mengenai peluang dan tantangan bisnis properti. 

"Agar mereka (Milenial) tertarik menjadi pengembang properti yang saat ini masih sangat dibutuhkan mengingat backlog perumahan di Indonesia masih sangat tinggi,” katanya. 

Dalam kuliah umumnya, dibahas pula mengenai geliat sektor properti yang mulai membaik pada 2017-2018 setelah sebelumnya mengalami tekanan pada tahun 2015-2016. Sejumlah faktor yang menekan antara lain ketidakpastian politik, tingkat hunian rendah dan perlambatan ekonomi. 

“Tahun 2018 mulai membaik karena relaksasi kebijakan uang muka pembelian rumah dari Bank Indonesia, program sejuta rumah yang makin luas yang didorong program subsidi pembiayaan perumahan dari pemerintah dan makin pesatnya pembangunan infrastruktur yang mendukung perkembangan properti di sejumlah wilayah di Indonesia,” ungkapnya.

Khusus untuk pengembangan developer, BTN menggelar pelatihan properti dengan membuka program Mini Master of Business Administration (MBA) in Property. Pendampingan bagi para developer muda yang memulai bisnisnya serta mengawasi proyek properti yang dikerjakan pun dilakukan BTN. 

“Kualitas pengembang properti harus diperhatikan dan ditingkatkan karena saat ini marak pengembang properti bodong yang asal-asalan menggarap proyek properti  yang berpotensi merugikan konsumen,” ujarnya.

Sebagai informasi, BTN House Price Index (HPI) di Malang tercatat 167,71 pada kuartal IV 2018. Meningkat 6,95 persen dibandingkan periode yang sama 2017. Peningkatan HPI di Malang terdorong oleh tingginya backlog atau kurangnya pasokan perumahan dibandingkan kebutuhan rumah. 

Angka backlog di Malang tercatat sebanyak 18.577 unit. Sementara di Provinsi Jawa Timur backlog tercatat sebanyak 909.544 unit. Jumlah tersebut merupakan potensi yang besar bagi para developer muda di daerah tersebut. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya