Neraca Dagang Surplus di Februari, Setelah 4 Bulan Sebelumnya Defisit

Kepala BPS Suhariyanto.
Sumber :
  • Fikri Halim/VIVA.co.id

VIVA – Neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2019, mengalami surplis. Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat, neraca ekspor impor pada periode itu sebesar US$330 juta, jauh lebih baik dari catatan defisit di Januari 2019, yang sebesar US$1,16 miliar.

BPS Ungkap Dampak Perang Rusia-Ukraina bagi Neraca Perdagangan RI

Kepala BPS, Suhariyanto menguraikan, nilai impor pada periode itu tercatat sebesar US$12,20 miliar, sedangkan untuk ekspor tercatat sebesar US$12,53 miliar. Surplus itu, dikatakannya, disebabkan tajamnya penurunan impor, ketimbang ekspor yang pada dasarnya juga mengalami penurunan, meski lebih lambat.

"Jadi, sesudah empat bulan kita defisit, alhamdulillah surplus. Tentu, kita harap bulan-bulan ke depannya surplus, meski karena impornya turun tajam dan ekspornya turun. Tetapi, ini tentu berita baik," tutur dia, saat konferensi pers neraca perdagangan di kantornya, Jumat 15 Maret 2019.

Neraca Perdagangan RI Februari 2022 Surplus US$3,83 Miliar

Kata dia, berdasarkan sektornya, neraca ekspor impor minyak dan gas bumi atau migas masih mengalami defisit sebesar US$464,1 juta. Sedangkan untuk sektor non migas, tercatat surplus sebesar US$793,6 juta. Karenanya, capaian tersebut menyebabkan neraca perdagangan mengalami surplus, setelah empat bulan sebelumnya mengalami defisit.

"Yang sebabkan migas defisit, adalah minyak mentah dan hasil minyak yang masih mengalami defisit, sementara gasnya masib surplus," tegas dia.

BI: Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal IV 2021 Defisit US$844 juta

Berdasarkan jenis barangnya, lanjut pria yang akrab di sapa Kecuk itu, hasil minyak masih menyumbang defisit terbesar, yakni mencapai US$978,9 juta, meski lebih rendah dari posisi Januari 2019, yang sebesar US$981,1 juta.

Kemudian, disusul minyak mentah yang defisit US$155 juta, turun jauh dari posisi Januari 2019, sebesar US$383,6 juta. Sedangkan gas, masih mengalami surplus sebesar US$669,8 juta, meski turun jauh dari posisi Januari 2019, yang sebesar US$909,9 juta.

"Kita berharap, di bulan-bulan berikutnya, kita tetap mengalami surplus. Meski kita tahu, dari rilis pertumbuhan ekonomi bahwa perekonomian global agak gloomy dan harga komoditas memang masih sulit ditebak," ungkapnya

Secara kumulatif, Kecuk mengatakan, neraca perdagangan sepanjang Januari hingga Februari 2019, masih mengalami defisit sebesar US$730 juta, lantaran defisit Januari 2019, masih cukup besar, meski Februari mengalami surplus. Di mana, nilai ekspor pada periode itu sebesar US$26,45 miliar, sementara impor US$27,19 miliar.

"Jadi, masih banyak PR yang perlu kita pikirkan, bagaimana kita harus pacu ekspor dengan buat diversifikasi pasar dan prodak yang kompetitif. Di satu sisi, kita perlu kendalikan impor," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya