Kinerja Impor Februari 2019 Turun Tajam hingga 18,6 Persen

Keterangan Pers Kepala BPS Suhariyanto di kantornya.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Arrijal Rachman

VIVA – Kinerja impor pada Februari 2019 mengalami penurunan cukup signifikan. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), impor sepanjang Februari US$12,20 miliar atau turun sebesar 18,61 persen dibanding bulan sebelumnya yang mencapai US$14,99 miliar.

Neraca Perdagangan Januari Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi RI

Kepala BPS, Suhariyanto menjelaskan, penurunan tajam laju impor pada periode itu menunjukkan bahwa berbagai kebijakan pengendalian impor yang telah diterapkan pemerintah sejak tahun lalu sudah semakin baik, di samping sudah mulai rampungnya berbagai program infrastruktur pemerintah.

Seperti kebijakan menaikkan Pajak Penghasilan 22 Impor untuk 1.147 komoditas, implementasi program B20, hingga penggunaan barang modal dan bahan baku yang bisa diproduksi dalam negeri sebagai pengganti impor.

5 Ancaman Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2024

"Penurunan impor dipengaruhi banyak hal, jumlah hari kerja di Februari yang lebih sedikit, pengaruh selesainya berbagai infrastruktur, ada pengaruh kebijakan pengendalian impor, dan sebagainya," kata Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Jumat 15 Maret 2019.

Suhariyanto menguraikan, impor berdasarkan penggunaan barangnya, pada bulan itu seluruhnya mengalami penurunan. Impor barang konsumsi turun 17,43 persen dibanding bulan sebelumnya, menjadi sebesar US$1,01 miliar. Impor barang bahan baku atau penolong turun 21,11 persen atau menjadi US$9,01 miliar, dan barang modal turun 7,09 persen atau menjadi US$2,19 miliar.

Neraca Perdagangan RI Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi Indonesia

"Yang turun barang konsumsinya adalah buah-buahan, jeruk mandarin, alami penurunan lumayan tajam, buah pir juga turun, mesin AC, kemudian beberapa artikel yang terbuat dari plastik, misal mobile font folder," kata dia.

"Bahan baku yang turun cukup tajam minyak mentah, kemudian berbagai jenis baja, alami berbagai penurunan. Barang modalnya yang turun di antaranya kendaraan bermotor, kemudian transmission apparatus juga alami penurunan, juga beberapa mesin printing," katanya 

Meski begitu, dia juga mengakui bahwa masih terdapat beberapa barang impor lain yang mengalami kenaikan, misalnya saja gula dan kembang gula senilai US$100,9 juta, kapal selam dan bangunan terapung senilai US$35,3 juta. Selain itu, susu, mentega, dan telur US$27,1 juta, binatang hidup US$26,7 juta, serta bijih kerak dan abu loga senilai US$26,4 juta. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya