- ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
VIVA – Pengamat Ekonomi dari Unika Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko menjelaskan, salah satu masalah yang masih menjadi faktor dari rendahnya daya saing Indonesia di kancah bisnis global saat ini adalah kompetensi sumber daya manusia dan tingkat upah buruh.
Dia pun membandingkan Indonesia dengan negara salah satu negara tetangga, seperti misalnya Vietnam. Di mana, kenaikan upah pekerja di sektor manufaktur Indonesia pada 2019 ini diprediksi mencapai 8,12 persen, sementara di Vietnam hanya 7,4 persen.
"Kalau level salary per tahun Indonesia di angka US$5.070, di Vietnam itu sekitar US$3.800 an. Secara sederhana sebenarnya biaya produksi Vietnam lebih rendah dari kita," kata Agustinus pada sebuah diskusi di Jakarta Pusat, Rabu 10 April 2019.
"Jadi risiko kenaikan ongkos produksi dari dalam itu lebih besar di Indonesia daripada di Vietnam. Itu karena biaya tenaga kerja," tambahnya.
Belum lagi soal kompetensi para pekerja antara Indonesia dan Vietnam. Agustinus menjelaskan, tingginya upah pekerja di Indonesia dibandingkan dengan Vietnam, belum tentu menjamin tingkat kompetensi SDM tenaga kerja di Indonesia lebih baik dari Vietnam.
"Apakah kompetensinya (SDM Indonesia) lebih baik? Kalau enggak, maka itu bukan sesuatu yang menggembirakan untuk dunia usaha. Kalau profile nya TKI 60-70 persen masih lulusan SD-SMP, itu kan menunjukkan kompetensinya belum memadai," ujarnya.
Hal itu diakui Agustinus, merupakan kelemahan Indonesia dalam menjadi salah satu tujuan investasi bagi para pebisnis global. Sebab, Indonesia tidak lagi dipandang sebagai tempat yang terlalu menarik untuk didatangi soal investasi.