IMF Pangkas Proyeksi Global, RI Bisa Kecipratan Untung

Pertumbuhan ekonomi global
Sumber :

VIVA – Kepala Kajian Makroekonomi dan Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Universitas Indonesia atau LPEM-UI, Febrio Kacaribu menilai, pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi global oleh International Monetary Fund atau IMF tidak akan signifikan memengaruhi kinerja ekonomi domestik.

Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2021 yang Dirilis BPS Sesuai Prediksi

Menurut dia, itu disebabkan perekonomian global didominasi oleh negara-negara dengan kekuatan ekonomi besar, seperti Amerika Serikat, yang perekonomiannya 25 persen dari ekonomi global, begitu juga dengan China maupun Eropa. Sehingga, proyeksi perlambatan itu hanya dipengaruhi kinerja ekonomi negara-negara tersebut sebelumnya.

"Jadi, kalau mereka melambat kelihatan di forecast IMF-nya akan cukup signifikan. Indonesia satu persen dari world GDP (Gross Domestic Bruto), jadi kita enggak akan terlalu terkena dampak," katanya di Gedung UI Salemba, Jakarta, Kamis 11 April 2019.

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021 Capai 3,69 Persen

Selain itu, lanjut dia, ekspor Indonesia terhadap negara-negara tersebut cenderung terbatas, yakni masih di dominasi oleh barang-barang komoditas. Sehingga, ketika negara tersebut mengalami perlambatan ekonomi, Indonesia masih memiliki pangsa pasar yang lebih banyak ke negara-negara lain, di samping juga bisa memanfaatkan keluarnya investasi dari negara-negara itu.

"Kita mengekspor sebanyak apa ke China? Nah, itu kita memang cukup limited, walaupun akan kena untuk batu bara dan CPO maupun beberapa input lainnya. Tetapi, ini peluang perusahaan-perusahaan China kan banyak yang keluar. Beberapa memang sudah mulai masuk ke Indonesia," tuturnya. 

BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 Maksimal 5,5 Persen

Maka dari itu, kunci bagi Indonesia untuk menghadapi perlambatan ekonomi tersebut menurutnya adalah dengan terus memperbaiki iklim investasi di Indonesia. Salah satunya dengan segera melakukan reformasi struktural sesuai dengan indikator kemudahan berinvestasi internasional.

"Kita perlu lagi lagi EoDB (ease of doing business). Karena itu yang menemukan seberapa banyak industri yang akan masuk ke Indonesia, seberapa yang buka perusahaan dan membuka lapangan pekerjaan di kita. Jadi saya tak terlalu concern dengan proyeksi IMF," tegasnya.

Sebelumnya, dalam laporan World Economic Outlook April 2019, yang dipublikasikan IMF pada Selasa 9 April 2019, IMF kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2019, dari yang sebelumnya 3,5 persen, kini hanya menjadi 3,3 persen.

Meski begitu, untuk Indonesia, terlihat proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019, hanya dapat mencapai 5,2 persen pada tahun ini dan 2020. IMF memperkirakan, pertumbuhan konsumsi di Indonesia dapat mencapai 3,3 persen pada 2019, dan terus meningkat menjadi 3,6 persen pada 2020. 

Selanjutnya, IMF memprediksi defisit transaksi berjalan Indonesia hanya mencapai 2,7 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada 2019, dan turun menjadi 2,6 persen pada 2020. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya