Darmin Ungkap Pekerjaan Rumah untuk Presiden Terpilih Pemilu 2019

Menko Perekonomian Darmin Nasution.
Sumber :
  • Arrijal Rachman/VIVA.co.id.

VIVA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, menyampaikan pekerjaan rumah atau PR di sektor ekonomi yang harus bisa diselesaikan oleh presiden terpilih usai Pemilu 2019 yang digelar, Rabu, 17 April 2019.

Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2021 yang Dirilis BPS Sesuai Prediksi

Menurut dia, presiden terpilih harus mampu menciptakan kondisi ekonomi Indonesia yang elastis atau fleksibel dalam menghadapi tekanan ekonomi global sebagaimana yang telah terjadi sejak 2018. 

Terutama, kata dia, usai intensnya perang perdagangan antara Amerika Serikat dan China sehingga saat ini mengakibatkan perlambatan ekonomi global.

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021 Capai 3,69 Persen

Sebab, Darmin menilai, di masa-masa mendatang, pergerakan ekonomi domestik akan sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global. Karenanya, kemampuan pemerintah menciptakan ekonomi yang kuat dan fleksibel merupakan yang terpenting.

"Kalau lima tahun ke depan sebenarnya situasi kita itu kan sangat terpengaruh juga oleh dunia sekarang ini. Artinya, apa yang kita rencanakan sudah kita siapkan dua tiga tahun lalu tahu-tahu muncul hal-hal baru, ya kan. Muncul perang dagang lah, sekarang semuanya kena, melambat, ekonomi dunia sedang melambat," kata mantan Gubernur Bank Indonesia itu di kawasan rumahnya di Jakarta, Rabu 17 April 2019.

BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 Maksimal 5,5 Persen

Dia membuktikan hal itu dengan melambatnya perekonomian domestik, khususnya akibat kinerja ekspor yang terus melambat di kuartal pertama tahun ini. Berdasarkan data BPS, kinerja ekspor kuartal I-2019 sebesar US$40,51 miliar, lebih rendah ketimbang kuartal I-2018 sebesar US$44,27 miliar. 

"Perhatikan bahwa ekspor kita itu ambil empat terbesar tujuan ekspor, China, Amerika, Jepang, Eropa, itu semua ekspor kita menurun sudah dua bulan. Artinya apa? ada hal baru yang berkembang yang juga harus dijawab," tegas Darmin.

Meski begitu, dia mengaku selama menjabat, kebijakan untuk memperkuat perekonomian domestik dalam jangka lima tahun ke depan pada dasarnya telah dibuat, seperti pembangunan infrastruktur, pemberian fasilitas fiskal, penguatan kualitas sumber daya manusia, hingga kemudahan berinvestasi.

Namun begitu, hal itu seolah terasa belum cukup untuk mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya semakin cepat, karena dinamika perekonomian global dikatakannya berubah secara lebih cepat atau dinamis.

"Tapi ya tiba-tiba ada dadakan, nah kita harus menghadapi dadakan itu juga. Dadakan itu ya artinya gimana caranya supaya ekspor kita ke neraca dagang kita bisa dipertahankan positif, karena kalau enggak, kita akan dianggap berisiko," lanjut Darmin. (ren)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya