Antisipasi Inflasi Lebaran, Gubernur BI: Beli Tiket Jauh-Jauh Hari
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA – Bank Indonesia (BI) masih mencermati mahalnya tarif pesawat jelang mudik Lebaran 2019 terhadap potensi inflasi pada periode tersebut. Tingginya tarif pesawat memang tercatat turut memengaruhi laju inflasi beberapa bulan terakhir.
Meski begitu, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, BI masih meyakini bahwa tingginya tarif tiket pesawat jelang mudik lebaran nantinya, disebabkan oleh faktor musiman. Yakni tingginya permintaan tiket pesawat tiap tahunnya dalam periode tersebut.
"Seasonality-nya memang benar jelang Ramadan, Idul Fitri harga-harga tiket naik. Nanti dibahas bagaimana langkah-langkah antisipasinya," kata Perry di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa 23 April 2019.
Untuk itu, Perry mengimbau supaya masyarakat tidak melakukan pembelian tiket pesawat mendekati saat-saat puncak mudik Lebaran atau pun pada masa perayaan hari raya Idul Fitri 2019 supaya permintaan tiket pesawat mampu terdistribusi dengan baik dan tidak menumpuk pada periode tersebut.
"Juga kami mengimbau kepada masyarakat pesan tiketnya jangan mendesak-mendesak, belinya jauh-jauh hari," tuturnya.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, tiket pesawat memang beberapa bulan terkahir turut memengaruhi laju inflasi. Misalnya Kepala BPS Suhariyanto, mengungkapkan inflasi yang terjadi pada Maret 2019 sebesar 0,11 persen. Salah satu penyebabnya dipicu masih naiknya tarif pesawat yang terjadi sejak akhir 2018 lalu, dengan andil sebesar 0,03 persen.
Menurut dia, pola inflasi tersebut merupakan pola yang tidak biasa. Sebab kenaikan tarif tiket pesawat itu biasanya bersifat musiman yakni terjadi saat hari libur nasional seperti hari raya Idul Fitri atau Lebaran hari raya Natal maupun tahun baru.
Sementara itu Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi berencana mengumpulkan seluruh pihak maskapai penerbangan dalam minggu ini untuk membahas tarif pesawat jelang mudik Lebaran 2019. Menurut Budi, tarif tiket pesawat saat ini masih terlalu tinggi.
Hal itu dibuktikannya dari proporsi penggunaan transportasi udara oleh masyarakat yang menurutnya mulai beralih ke transportasi lainnya khususnya darat. Berdasarkan catatan kementerian, pemudik Jabodetabek 2019 yang menggunakan pesawat sekitar 9,5 persen sedangkan bus 30 persen.