Kuartal I 2019, Produksi Industri Manufaktur Tumbuh 4,45 Persen

Ilustrasi industri makanan dan minuman.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada kuartal I 2019 sebesar 4,45 persen. Angka ini masih di bawah angka capaian periode yang sama pada tahun lalu sebesar 5,36 persen dan hampir sama dengan capaian 2017 di level 4,46 persen. 

Forum Bisnis RI-Korea, Kadin Buka Peluang Kerja Sama Kendaraan Listrik

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, industri manufaktur adalah tumpuan atau harapan untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan selain sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. 

"Sebanyak 4,45 persen, kalau kita bandingkan posisi ini dengan posisi kuartal I 2018 ini memang perlambatan. Posisi 2019 ini hampir sama dengan posisi 2017," ujar Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Kamis 2 Mei 2019. 

Survei BI: Kinerja Industri Pengolahan Kuartal II Ekspansif

Dia menjelaskan, peningkatan signifikan terjadi pada produksi industri pakaian jadi yang naik sebesar 29,19 persen. Menurutnya, hal ini adalah capaian yang positif. 

"Ini menggembirakan karena pakaian jadi menyerap banyak tenaga kerja," kata dia. 

Bappenas: Industri Pengolahan Kunci Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi

Capaian positif produksi manufaktur juga terjadi di industri minuman yang naik 24,82 persen, lalu industri percetakan dan reproduksi media rekaman yang naik 21,44 persen, serta industri pengolahan tembakau naik 17,19 persen dan industri furnitur naik 12,92 persen. 

"Di satu sisi, yang mengalami penurunan produksi tertinggi itu adalah adalah jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan, yang turun 20,98 persen," kata dia. 

Kemudian penurunan produksi tertinggi disusul oleh industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk furnitur) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya yang turun 17,35 persen. 

Lalu, industri alat angkutan lainnya juga turun 12,56 persen, industri komputer, barang elektronik dan optik turun 10,25 persen, serta industri karet, barang dari karet dan plastik turun 9,88 persen. 

"Tentunya kita berharap ke depan akan lebih besar lagi," tutur Suhariyanto. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya