Rupiah Melemah, BI Sebut Karena Banyak Perusahaan Bagikan Dividen

Pekerja menunjukkan uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus mengalami pelemahan sejak delapan hari terakhir. Bank Indonesia (BI) menilai, lemahnya mata uang garuda tersebut lebih disebabkan faktor musiman.

Erick Thohir Lapor ke DPR Laba BUMN Tembus Rp 292 Triliun pada 2023

Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, nilai tukar rupiah hari ini, 2 Mei 2019, diperdagangkan di posisi Rp14.245 per dolar AS. Melemah selama delapan hari terakhir sejak 18 April 2019 di posisi Rp14.061 per dolar AS.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko menjelaskan, maksud faktor musiman karena sejak April hingga Juni 2019, perusahaan-perusahaan, khususnya perusahaan multinasional, memasuki periode pembagian dividen hingga pembayaran bunga pokok utang.

Rupiah Loyo Dibayangi Penurunan Surplus Neraca Dagang RI

Itu menyebabkan kebutuhan akan dolar atau valuta asing (valas) mengalami peningkatan yang signifikan. Sehingga, dengan meningkatnya permintaan mata uang tersebut, berimplikasi terhadap menguatnya nilai dolar dan melemahnya rupiah.

"Untuk jaga supply dolar nya kan ada DNDF (Domestic Non Delivery Forward), sehingga nilai tukar yang saat ini memang lemah bisa balik lagi terkendali. Jadi emang itu ada musiman, sama kayak inflasi," ujar Onny di Gedung BI, Jakarta, Kamis 2 Mei 2019.

OCBC NISP Tebar Dividen Rp 1,65 Triliun, 40,4 Persen Laba Bersih 2023

Di sisi lain, saat ini investor masih melakukan wait and see terhadap dinamika politik Indonesia, khususnya menunggu pengumuman keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) terhadap hasil Pemilu yang bakal dilakukan pada 22 Mei 2019.

Fenomena itu dikatakannya, sedikit banyak memengaruhi arus investasi atau Penanaman Modal Asing (PMA) untuk memasok dolar AS. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi PMA Kuartal I 2019 tercatat turun 0,9 persen dibanding periode yang sama tahun lalu atau dari Rp108,9 triliun menjadi Rp107,9 triliun. 

"Untuk PMA memang dari hasil rating JCR dan S&P itu menunjukkan positif kan ke kita, itu beri harapan. Nanti setelah 22 Mei, pengumuman, itu akan pengaruhi kepastian investor. Tapi secara ekonomi pertumbuhan kita bagus kok, tapi ini lagi musimnya aja." (mus) 
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya