Selama Empat Hari, Modal Asing Keluar Rp11 Triliun dari Indonesia

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

VIVA – Bank Indonesia mencatat adanya dampak buruk dari perang perdagangan antara Amerika Serikat dengan China, yang semakin memanas terhadap perekonomian Indonesia. Itu tergambar dari aliran modal asing yang keluar dari pasar keuangan Indonesia.

Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$413,6 Miliar

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, hanya dalam kurun waktu empat hari, atau dari 13-16 Mei 2019, aliran modal asing yang keluar itu mencapai sebesar Rp11,3 triliun. 

Menurut dia, dana itu terdiri dari aliran modal asing yang keluar dari Pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp7,6 triliun dan pasar saham sebesar Rp4,1 triliun.

BI Fast Payment, Jawaban untuk Kebutuhan Transaksi Murah

"Nah, memang dampaknya terasa ke seluruh negara, termasuk Indonesia. Yang pertama dampaknya terjadi, kita lihat modal asing yang keluar terutama portofolio outflow," kata dia di Perkantoran BI, Jakarta, Jumat 17 Mei 2019.

Meski begitu, Perry memastikan, investor yang tercatat melakukan net jual tersebut adalah investor jangka pendek atau trader di pasar saham maupun SBN. Sehingga, ketika gejolak perekonomian global terjadi, para investor tersebut dikatakannya langsung menarik modalnya.

Cadangan Devisa RI Februari 2022 Naik Tipis, Ini Pendorongnya

"Ini dua-duanya umumnya adalah investor jangka pendek atau sifatnya trader. Biasanya mereka masuk, termasuk juga di awal tahun ini, namun dalam dua minggu ini keluar, karena merespons ketidakpastian pasar keuangan di global," ungkap Perry.

Dampak selanjutnya, kata dia, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus alami pelemahan. Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah hari ini diperdagangkan diposisi Rp14.469 per dolar AS, jauh di atas posisi 2 Mei yang diposisi Rp14.245 per dolar AS.

Namun, Perry memastikan, BI akan selalu berada di pasar untuk melakukan langkah stabilisasi nilai tukar rupiah dengan intervensi ganda, baik melalui pasar valas di spot maupun Pasar Domestic Non Delivery Forward atau DNDF.

"Demikian juga pembelian SBN dari pasar sekunder dengan tetap menjaga mekanisme pasar. Itu yang terus kita lakukan, sehingga kita juga selain men-supply di valasnya juga membeli SBN dari pasar sekunder," jelas Perry. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya