Indef Ungkap Tantangan Terberat Pemerintah Baru Dorong Ekonomi

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVA – Institute for Development of Economics and Finance atau INDEF menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 dalam asumsi makro yang dipatok pemerintah di kisaran 5,3 persen sampai 5,6 persen akan sulit tercapai.

Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2021 yang Dirilis BPS Sesuai Prediksi

Wakil Direktur INDEF, Eko Listiyanto menerangkan, hal itu disebabkan struktur Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada periode tersebut masih ditumpu oleh konsumsi, dengan laju di kisaran 4,9 persen sampai 5,2 persen.

Padahal, dikatakannya, momentum untuk mendorong konsumsi semakin menipis, seiring perekonomian global yang mengalami perlambatan akibat kembali memanasnya perang perdagangan antara Amerika Serikat dan China dan sejumlah aspek geopolitik.

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021 Capai 3,69 Persen

"Terlebih lagi, dalam skenario pertumbuhan di 2020 tersebut, asumsi laju impor ditargetkan hampir setara dengan laju ekspor. Sementara, kita tahu bahwa pada 2018, laju impor hampir dua kali lipat laju ekspor Indonesia. Ini jelas tidak mudah," katanya, saat diskusi online INDEF, Jakarta, Kamis 23 Mei 2019.

Sementara itu, dari sisi target investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) selama era Presiden Joko Widodo, laju investasi belum mampu tumbuh hingga tujuh persen. Sedangkan pada skenario pertumbuhan 2020, pemerintah menghendaki PMTB mampu tumbuh 7,0 persen sampai 7,4 persen.

BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 Maksimal 5,5 Persen

"Ini tugas berat bagi tim ekonomi nantinya, karena pertumbuhan global melambat, sementara investasi ditargetkan meningkat," tegas dia.

Dia pun mengungkapkan, jika laju pertumbuhan ekonomi memang mau didorong oleh pemerintah secara cepat, maka struktur PDB yang ideal harus didominasi oleh investasi. Adapun struktur PDB Indonesia pada kuartal I 2019, 2,75 persen didominasi sektor konsumsi rumah tangga sedangkan investasi hanya 1,65 persen.

"Negara-negara dengan jumlah penduduk besar memang porsi konsumsi juga akan besar. Hal ini tidak menjadi masalah jika laju komponen lain seperti ekspor dan investasi lebih kencang dari konsumsi," ungkap dia.

Dia pun mencontohkan, struktur PDB yang ideal dapat dilihat dari China, di mana komposisi PDB China 39,1 persen konsumsi rumah tangga, 14,6 persen konsumsi pemerintah, 43,3 persen investasi atau PMTB, 19,6 persen ekspor, dan  minus17,7 persen impor.

"Jadi di China, meskipun penduduknya terbesar di dunia dan pasti konsumsinya besar. Namun, ternyata kontribusi dari investasi masih jauh lebih besar lagi," ungkapnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya