Perbaikan Cadangan Devisa Bantu IHSG Menghijau

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menghijau di level psikologis 6.032, pada penutupan perdagangan Kamis 23 Mei 2019. Posisi itu diketahui naik 93 poin atau 1,57 persen, dari level sebelumnya di 5.939 pada penutupan perdagangan Rabu 22 Mei 2019.

Rupiah Melemah ke Level Rp 16.192 Per Dolar AS, Investor Cermati Dinamika Konflik Timur Tengah

Ekonom dari PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual menjelaskan, pergerakan positif IHSG itu antara lain turut didukung oleh aspek domestik, di mana kemarin Komite Stabilitas Sistem Keuangan atau KSSK telah merilis laporan mengenai terjaganya stabilitas keuangan dan perekonomian nasional.

"Kemarin kan ibu Sri Mulyani, Pak Perry, dan Pak Wimboh, sudah menyatakan bahwa kondisi keuangan relatif kondusif," kata David saat dihubungi VIVA, Jumat 24 Mei 2019.

Guru dan IRT Jadi Korban Pinjol Ilegal Terbanyak, OJK: Cek Legalitas dan Logis Sebelum Pinjam

Di sisi lain, David pun mengaku bahwa indikator perekonomian nasional lainnya juga mendukung IHSG untuk naik ke zona hijau, terutama dari kondisi membaiknya cadangan devisa Indonesia dibandingkan kondisinya pada akhir tahun lalu.

"Memang hal itu juga terlihat dari beberapa indikator, seperti misalnya cadangan devisa yang akhir tahun lalu masih US$115,2 billion, terakhir saat ini sudah US$124,5 billion," kata David.

Ekonomi Dunia Bergejolak, BI Buka-bukaan Hasil Stess Test Terbaru Sektor Perbankan

Meski demikian, David pun mengingatkan bahwa kemungkinan IHSG akan kembali terkoreksi hari ini juga tetap ada, dan tidak bisa dikesampingkan begitu saja.

"Tapi tadi malam Dow Jones kembali mengalami koreksi, jadi bisa saja hari ini akan ada pelemahan di IHSG," ujarnya.

Dari sektor global, David mengakui bahwa dalam satu bulan terakhir, terdapat pengaruh juga dari aspek eksternal seperti misalnya dinamika perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

Diketahui Amerika Serikat yang kembali menekan perusahaan telekomunikasi China seperti misalnya Huawei, menurutnya jelas akan membuat kondisi kedua belah pihak makin memanas.

"Karena ekspor China yang paling besar itu kan memang di telekomunikasi. Jadi saya lihat kedua belah pihak sepertinya akan kembali berunding pada awal Juni nanti," ujar David.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya