Logo WARTAEKONOMI

Usai IPO, Persaingan Uber dan Lyft Berlanjut

Usai IPO, Persaingan Uber dan Lyft Berlanjut. (FOTO: Reuters/Stephen Lam/File Photo)
Usai IPO, Persaingan Uber dan Lyft Berlanjut. (FOTO: Reuters/Stephen Lam/File Photo)
Sumber :
  • wartaekonomi

Jatuhnya saham dengan cepat menimbulkan sejumlah masalah yang jauh lebih besar. Kehilangan miliaran dolar di pasar kapitalisasi belumlah akhir dari badai bagi perusahaan ride-hailing tersebut. Pasalnya IPO-nya justru diikuti oleh beberapa gugatan dari sejumlah investor, yang paling baru diajukan pada Jumat oleh firma hukum Block & Leviton yang berbasis di Boston.

Salah satu tuduhan utama adalah bahwa Lyft salah mewakili pangsa pasarnya dalam IPO yang dilakukan akhir Maret lalu.

Lyft mengklaim, dalam pengarsipan S-1 ia memiliki 39% pasar AS pada Desember 2018, naik dari 22% di Desember 2016. Data tersebut berasal dari Rakuten Intelligence—anak perusahaan pemegang saham pra-IPO terbesar Lyft, Rakuten. Pertumbuhan tersebut lantas dipertanyakan ketika pesaingnya, mengklaim, dalam pengajuan IPO-nya, memiliki sekitar 65% pangsa pasar AS dan Kanada.

Penyedia analisis pembelian kartu kredit, Second Measure dan Earnest Research berpendapat bahwa pangsa pasar domestik Lyft sekitar 30%. Dalam catatan untuk kliennya, analis Guggenheim memperkirakan pangsa pasar Uber sekitar 55%, lebih besar dari Lyft dalam perbandingan metrik, seperti pemesanan, perjalanan, dan pendapatan.

Jadi, ketika berbicara tentang pangsa pasar, apakah Lyft mengalahkan Uber atau lebih besar dari yang terungkap?

"Kebenarannya mungkin di (angka) tengahnya," kata analis PitchBook Emerging Tech, Asad Hussain, yang meliput industri secara mendalam dalam laporan teknologi mobilitas terbarunya. "Angka yang tepat tidak begitu penting. Titik fokus bagi investor adalah Lyft mendapatkan saham di dalam negeri lebih besar dari Uber."

Ketika membandingkan Uber dan Lyft, yang lebih penting daripada pangsa pasar ride-hailing, menurut Hussain, adalah total pasar addressable.