Bukti Tiket Pesawat Mahal Bikin Industri Hotel dan Restoran Merosot

Ilustrasi hotel murah.
Sumber :
  • Halomoney.

VIVA – Wakil Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI Raineir H Daulay menilai, pernyataan Presiden Joko Widodo yang berkeinginan mengundang maskapai asing  masuk ke rute penerbangan domestik merupakan bentuk puncak kekesalannya atas fenomena tarif tiket pesawat yang mahal.

Harap Tak Aji Mumpung, PHRI Batasi Kenaikan Harga Hotel di Yogyakarta

Dia mengemukakan, tarif tiket pesawat yang terus sulit dijangkau masyarakat sejak lonjakan harga terjadi pada Januari 2019 hingga masa Lebaran tiba pada Juni 2019, telah memporakporandakan berbagai industri yang terkait langsung sektor tersebut. Khususnya industri pariwisata seperti hotel hingga oleh-oleh.

"Maskapai asing saya kira tidak jadi solusi dari tiket mahal, menurut saya usulan Pak Jokowi itu puncak kekesalannya saja. Yang terjadi saat ini carut marutnya harga tiket pesawat memberi dampak berat buat industri pariwisata," kata dia dalam diskusi di Jakarta, Rabu, 19 Juni 2019.

Garuda Indonesia Dipanggil KPPU, Dirut Pastikan Tak Ada Kartel Harga Tiket Pesawat

Namun, hingga masa Lebaran yang seharusnya menjadi masa-masa puncak sektor pariwisata bisa tumbuh karena adanya musim mudik dan liburan, tidak kunjung membuat tarif tiket pesawat bisa dijangkau oleh masyarakatnya. Bahkan jajaran menteri seolah angkat tangan.

"Menteri Perhubungan angkat tangan, sampai viral itu kan di media sosial, Menteri BUMN (bilang), wah saya enggak punya kewenangan, akhirnya lama-lama kita capek juga, sementara bisnis kita sudah sangat berat," tegas dia.

Menhub Ingatkan soal Harga Tiket Pesawat, Ini Penjelasan Dirut Garuda

Dia pun membeberkan data terkait anjloknya sektor pariwisata akibat mahalnya tiket tersebut. Dari sisi wisata terjadi penurunan wisatawan mencapai 20 persen. Begitu juga industri perhotelan dan restoran, khususnya di luar pulau Jawa yang turun kisaran 20-40 persen.

"Malam takbiran kemarin contohnya, di tempat orang pulang kampung terutama, Makassar itu cuma 25 persen okupansinya, Sumatera Barat 40 persen, Bali turun 12 persen. Biasanya 100 persen itu waktu Lebaran, orang daerah itu satu-satunya Lebaran kesempatan pulang kampung, jadi di luar Pulau Jawa itu terasa," tegas dia.

Selain itu,  dampak tiket mahal ini juga terjadi pada perjalanan-perjalanan dinas yang sudah confirm dibatalkan, MICE ditunda, di-cancel. “Saya bicara dengan beberapa EO, Sport, Music, di-cancel semua, pusat oleh-oleh mati, apalagi kalau perusahaan oleh-olehnya makanan itu kan ada waktunya, UMKM selesai," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya