IHSG Dibayangi Rilis Data Neraca Dagang Mei 2019

Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Indeks harga saham gabungan atau IHSG dibuka memerah di level 6.304,77 pada pembukaan perdagangan Senin 24 Juni 2019. Posisi itu melemah 10 poin atau 0,17 persen, dibandingkan penutupan perdagangan Jumat 21 Juni 2019 di level 6.315,43.

Cenderung Fluktuatif, IHSG Berpotensi Menguji Level 5.000

Analis Binaartha Sekuritas, M. Nafan Aji, menjelaskan faktor-faktor domestik maupun global masih akan turut mempengaruhi pergerakan IHSG hari ini.

Dia menjelaskan, aspek domestik yang diduga akan turut mempengaruhinya, yakni terkait rilis dari Badan Pusat Statistik (BPS), perihal laporan terkait Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia serta Perkembangan Upah Pekerja/Buruh di bulan Mei 2019.

Sepekan Perdagangan, Kapitalisasi Pasar Bursa dan IHSG Naik

"Dari domestik ialah terkait dengan minimnya sentimen positif karena adanya potensi terjadinya defisit neraca perdagangan per Mei 2019," kata Nafan saat dihubungi VIVA, Senin 24 Juni 2019.

Sebagaimana laporan neraca perdagangan April 2019 lalu, catatan BPS menunjukkan defisit neraca perdagangan sebesar US$2,5 miliar, dan dinilai sebagai yang terburuk di sepanjang sejarah Indonesia.

Disokong Sektor Tambang, IHSG Diprediksi Lanjutkan Penguatan

Laju ekspor Indonesia di April 2019 lalu tercatat mencapai US$12,60 miliar, atau turun 10,8 persen dibandingkan Maret 2019. Sementara laju impornya mencapai sebesar US$15,10 miliar, atau naik 12,25 persen dibandingkan Maret 2019.

Sedangkan dari sisi global, rencana dialog antara Amerika Serikat dan China yang kabarnya akan melakukan negosiasi perihal masalah perang dagang di Osaka, Jepang, pada 28-29 Juni 2019 mendatang, masih menjadi perhatian para pelaku pasar.

"Dari eksternal ialah terkait dengan faktor-faktor seperti perlambatan ekonomi global, ketidakpastian negosiasi perdagangan AS-China, bahkan soal perang dagang AS-China itu sendiri," ujar Nafan. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya