Impor Ponsel Asal China ke RI pada Mei 2019 Turun 1,78 Persen

Ilustrasi smartphone.
Sumber :
  • The Verge/Amelia Holowaty Krales

VIVA – Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat penurunan impor bahan baku atau penolong serta barang modal pada Mei 2019. Penurunan tersebut utamanya dipengaruhi turunnya impor ponsel asal China dan Hong Kong hingga truk tambang atau off highway truck.

Neraca Perdagangan Januari Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi RI

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Yunita Rusanti mengatakan, impor bahan baku atau penolong yang turun sebesar 7,82 persen utamanya dipengaruhi turunnya impor ponsel tanpa baterai asal Hong Kong dan China sebesar 1,78 persen atau senilai US$84,9 juta.

"Iya, (ponsel terbesar) dari bahan baku atau penolong, negara asalnya Hongkong dan Tiongkok. Nilainya US$258,8 juta, turun US$84,9 juta dari bulan sebelumnya," kata dia Kantor Pusat BPS, Jakarta, 24 Juni 2019.

Neraca Perdagangan RI Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi Indonesia

Nilai impor dari China itu sendiri mengalami penurunan hingga US$323,2 juta dengan pangsa terbesar 29,31 persen, diikuti Jepang turun US$240,1 juta dengan pangsa 10,50 persen dan Korea Selatan US$60,1 juta dengan pangsa 5,06 persen.

Bila dirujuk berdasarkan golongan barangnya, penurunan terbesar dialami mesin dan peralatan listrik sebesar US$158,5 juta atau 8,68 persen, diikuti oleh  besi dan baja US$109,5 juta atau 12,85 persen, mesin atau pesawat mekanik US$85,1 juta atau 3,84 persen, plastik dan barang dari plastik US$75,6 juta atau 9,58 persen, serta perhiasan atau permata US$56,1 juta atau turun 32,69 persen.

Neraca Perdagangan Oktober Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

"Bahan baku ini yang turun mobile phone tanpa baterai, terus emas batangan atau gold bars, dan raw sugar. Kalau barang modal ini off high way truck, part of blast furnished iron making equipment, lalu motor tanker, terus part of dryclean system equipment, lalu processing unit of personal computer," jelas dia.

Sebagai informasi, pada bulan tersebut, impor hanya mengalami kenaikan untuk barang konsumsi, yakni meningkat 5,62 persen atau sebesar US$82,0 juta jika dibanding April 2019.

Sebaliknya golongan barang bahan baku atau penolong dan barang modal mengalami penurunan masing-masing sebesar 7,82 persen atau US$905,2 juta dan 1,76 persen atau US$41,8 juta.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya