Neraca Perdagangan RI Surplus dengan AS, tapi Defisit terhadap China

Suasana ekspor impor di pelabuhan.
Sumber :
  • VIVAnews/Tri Saputro

VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya surplus neraca perdagangan antara Indonesia dan beberapa mitra dagang utama pada Mei 2019. Surplus terbesar dengan Amerika Serikat.

Neraca Perdagangan Januari Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi RI

Sementara itu, defisit perdagangan terjadi terhadap beberapa negara. Namun, yang terbesar dengan China.

Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan, neraca perdagangan Indonesia dengan AS mampu surplus sebesar US$940 miliar pada Mei 2019, lebih tinggi dari surplus pada Mei 2018 yang sebesar US$778 miliar. Kondisi tersebut terjadi di tengah semakin tingginya intensitas perang perdagangan antara AS dan China.

Neraca Perdagangan RI Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi Indonesia

Surplus neraca ekspor impor tersebut juga terjadi dengan India yang sebesar US$686 juta, meskipun lebih rendah dari kondisi surplus Mei 2018 yang sebesar US$691 juta. Begitu juga surplus dengan Belanda yang pada Mei 2019 sebesar US$208 juta, lebih rendah dari surplus Mei 2018 yang sebesar US$332 juta.

"(Kumulatifnya) Januari-Mei 2019 dengan AS, surplus masih US$3,9 miliar, dengan India masih surplus US$3,08 miliar, sedikit turun dibanding Januari-Mei 2018, Belanda juga surplus," kata dia di kantornya, Jakarta, Senin, 24 Juni 2019.

Neraca Perdagangan Oktober Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Sementara itu, untuk negara-negara mitra dagang utama yang mengalami defisit terbesar, yakni China. Defisit mencapai US$1,41 miliar pada Mei 2019, turun dibanding defisit Mei 2018 yang sebesar US$2,35 miliar. 

Diikuti defisit dengan Thailand sebesar US$245 juta pada Mei 2019 atau turun dari catatan bulan yang sama tahun sebelumnya sebesar US$546 juta. Begitu juga dengan Australia yang pada Mei 2019 defisit US$198 juta turun dari catatan Mei 2018 yang sebesar US$276 juta. 

"Di mana (kumulatif) Januari-Mei 2019, kita defisit sebesar US$8,48 miliar dengan Tiongkok, lebih dalam dibanding Januari-Mei 2018. Thailand US$1,6 miliar dan Australia US$1,0 miliar," tutur dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya