Beras Numpuk di Gudang, Inovasi Bulog Belum Dirasakan

Beras medium murah produksi Bulog dijual di perdesaan Jawa Tengah.
Sumber :
  • VIVA/Dwi Royanto

VIVA – Jutaan ton beras yang menumpuk dan rusak di gudang Bulog saat ini, menjadi hal yang memprihatinkan. Sejumlah kalangan mempertanyakan kinerja Bulog, yang gagal meningkatkan kualitas dan inovasi.

Kebutuhan Beras SPHP se-Kalbar Hampir 200 Ton per Hari

Anggota Komisi IV DPR RI, Andi Akmal Pasludin menilai, inovasi yang dilakukan Bulog dengan menjual beras dalam kemasan atau sachet tidaklah efektif. Inovasi itu dinilai, kalah bersaing dengan pasar beras lainnya.

"Sekarang menjual dengan sachet, kalah sama pemain besar. Bulog harusnya jangan main ketengan seperti itu, harusnya bermain skala besar," kata Andi, dalam keterangannya, dikutip Kamis 27 Juni 2019.

Bantuan Pangan Beras Diklaim Berhasil Tekan Inflasi di 2023, Bulog Beberkan Datanya

Dia menilai, salah satu penyebab menumpuknya beras di gudang karena program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) tidak mewajibkan diambil dari Bulog. Untuk itu, ke depan sebaiknya Bulog dapat diberikan kewenangan untuk menyalurkan.

"Intinya, bagaimana keluarkan dulu itu beras. Misalnya, untuk rastra (beras sejahtera), bikin saja aturannya," ujarnya.

Bulog Siap Impor 1 Juta Ton Beras pada 2024, Antisipasi Krisis Pangan

Sedangkan Peneliti dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Galuh Octania menilai, untuk mencegah penumpukan beras di gudang, Bulog sebaiknya berinovasi dengan memperbaiki kualitas stok berasnya. 

Dengan kualitas baik, beras diyakini bisa langsung dijual atau disalurkan lewat BPNT. Beras Bulog selama ini kurang diminati penerima manfaat BPNT. Akibatnya, pemilik e-warung lebih mengutamakan menyetok beras non-Bulog. 

"Untuk itu, penting bagi Bulog untuk meningkatkan daya tarik produknya agar diminati oleh masyarakat, terutama para penerima BPNT," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya