Logo WARTAEKONOMI

Dulu Sering Diledek, Kini Pengusaha Jengkol Ini Beromzet Rp30 Juta

Dulu Sering Diledek, Kini Pengusaha Jengkol Ini Beromzet Rp30 Juta. (FOTO: Cahyo Prayogo)
Dulu Sering Diledek, Kini Pengusaha Jengkol Ini Beromzet Rp30 Juta. (FOTO: Cahyo Prayogo)
Sumber :
  • wartaekonomi

VIVA – Imas Mintarsih merupakan salah satu kisah sukses pelaku UMKM jebolan program The Big Start yang diinisiasi oleh blibli.com .

Imas tidak pernah menyangka dirinya akan menjadi pelaku usaha sukses dengan omzet mencapai Rp30 juta perbulan. Ia mengatakan dirinya cuma anak seorang petani jengkol asal Sumedang, Jawa Barat. Penghasilan ayahnya sangat jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan istri dan keempat orang anaknya.

"Saya ini anak petani. Almarhum ayah menanam beberapa pohon jengkol di kebun belakang rumah. Awalnya ayah hanya menjual jengkol mentah tapi karena pendapatan sangat kecil maka ibu berinisiatif untuk mengolah jengkol tersebut menjadi sebuah keripik," katanya kepada Warta Ekonomi di Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Gadis asal Sumedang, Jawa Barat, ini merasa terpanggil untuk ikut memasarkan produk keripik jengkol buatan si ibu. Apalagi, pada tahun 2014 sang ayah meninggal dunia sehingga ibu harus berjuang seorang diri untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Imas yang saat itu masih duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) membawa keripik jengkol tersebut ke sekolah untuk dijajakan kepada teman-temannya. Dengan ikut memasarkan produk, Imas berharap bisa turut membantu meringankan beban orang tuanya. Ia berusaha untuk menjadi anak mandiri dengan mencari penghasilan sendiri dan tidak meminta ongkos serta uang jajan sekolah kepada orang tua.

Tapi sayang, anak bungsu dari empat bersaudara ini justru mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari teman-teman sekolahnya. Banyak orang yang menghina dan meledek Imas karena menganggap keripik jengkol merupakan produk murahan. "Saya sering diremehkan. Dibilang kalau jengkol itu bau," ujarnya.

Imas tidak langsung putus asa ketika mendapat perlakuan tak baik tersebut. Ia justru merasa tertantang untuk bisa mengubah mindset masyarakat agar menganggap jengkol sebagai produk berkelas dan elegan. Ia juga menginginkan agar produk olahan jengkol bisa naik kelas dan diterima oleh semua kalangan.