Meski Surplus Dagang, Ekspor RI Juni di Semua Sektor Memerah

Ilustrasi Ekspor Impor.
Sumber :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

VIVA – Badan Pusat Statistik mencatat bahwa kinerja ekspor Indonesia pada Juni 2019 mengalami penurunan cukup tajam dibanding Mei 2019, yakni turun 20,54 persen. Penurunan kinerja ekspor tersebut terjadi, meski pada Juni 2019 Neraca Perdagangan Indonesia mengalami surplus US$200 juta.

Neraca Perdagangan RI Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi Indonesia

Kepala BPS, Suhariyanto menjelaskan, turun tajamnya kinerja ekspor itu tidak terlepas dari turunnya beberapa harga komoditas utama ekspor Indonesia dari Mei ke Juni. Misalnya, harga minyak mentah Indonesia yang turun dari US$68,07 per barel menjadi US$61 per barel, begitu juga harga batu bara yang turun 15 persen.

Meski demikian, Suhariyanto juga mengingatkan bahwa pada Juni 2019 terdapat cuti yang cukup panjang di Indonesia, yakni mencapai sembilan hari karena adanya hari raya Idul Fitri dan kegiatan mudik. Hal itu menurutnya secara signifikan juga memengaruhi kinerja ekspor Indonesia.

Neraca Perdagangan Oktober Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

"Kita mempunyai cuti bersama selama sembilan hari dan kita baru masuk 10 harinya. Jadi cuti panjang ini berpengaruh besar kepada ekspor, terlihat dari dokumen ekspor yang turun jauh dibanding Mei," kata dia di kantornya, Jakarta, Senin, 15 Juli 2019. 

Berdasarkan catatan BPS, nilai ekspor pada Juni 2019 sebesar US$11,78 miliar, sedangkan pada Mei 2019 sebesar US$14,83 miliar. Jika dibandingkan pada periode yang sama pada tahun sebelumnya senilai US$12,94 miliar, ekspor pada bulan tersebut juga turun sebesar 8,98 persen.

RI Dorong ASEAN 'Tinggalkan' Dolar AS, Ini Keuntungannya

Sementara itu, jika dilihat berdasarkan sektornya, nilai ekspor Indonesia seluruhnya mengalami penurunan. Sektor migas dengan nilai ekspor US$750 juta pada Juni 2019, secara bulanan turun 34,36 persen, sektor pertanian senilai US$210 juta turun 33,83 persen, sektor industri pengolahan US$9,02 miliar turun 19,62 persen dan sektor pertambangan lainnya senilai US$1,8 miliar turun 16,11 persen.

"Per sektornya, month to month semua merah. Bisa dipahami karena perekonomian global alami perlambatan, negara tujuan utama mengalami perlambatan, sehingga otomatis permintaan bahan baku melambat. Ini tantangan luar biasa di 2019," tutur dia.

Ilustrasi ekspor impor.

Neraca Perdagangan Januari Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi RI

Bank Indonesia (BI) menilai surplusnya neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2024 akan menopang ketahanan eksternal perekonomian RI ke depan.

img_title
VIVA.co.id
16 Februari 2024