Menkeu Sebut Pertumbuhan Ekonomi Semester I-2019 Capai 5,1 Persen

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA – Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,1 persen pada semester I-2019. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, angka 5,1 persen itu merupakan hitungan berdasarkan kontribusi sejumlah indikator seperti misalnya konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, hingga realisasi ekspor dan impor Indonesia. 

Ukraina Tak Lagi Ngotot Masuk NATO, Rupiah Hari Ini Menguat

"Realisasi pertumbuhan ekonomi semester I-2019 sebesar 5,1 persen, tapi ini masih estimasi. Karena BPS akan merilis datanya pada Agustus 2019 mendatang," kata menteri yang karib disapa Ani tersebut di Banggar DPR RI, Senayan, Selasa 16 Juli 2019.

Ani mengakui bahwa tekanan akibat dinamika dari perang dagang antara Amerika Serikat dan China turut memberikan imbas bagi perekonomian domestik.

Rusia Umumkan Hari Tenang, Rupiah Kembali Menguat

Apalagi, adanya tekanan suku bunga acuan yang tinggi dari The Fed, membuat investasi langsung asing atau foreign direct investment (FDI) mengalami perlambatan. 

"Sehingga meskipun tingkat konsumsi rumah tangga masih cukup kuat dan tumbuh tinggi, namun kami melihat bahwa untuk investasi mulai terjadi kecenderungan perlambatan," tutur Ani.

Invasi Rusia Masih Terus Berlanjut, Rupiah Dibayangi Pelemahan

Ani mengakui bahwa perang dagang AS-China itu juga turut berkontribusi dalam pelemahan pertumbuhan ekonomi global, yang juga dirasakan oleh negara-negara lain termasuk negara-negara maju.

"Pertumbuhan negara besar di dunia banyak yang sudah melambat di kuartal I-2019. Hal ini juga didukung dengan data perdagangan global dan indeks harga komoditas yang semuanya cenderung melemah," ujarnya.

Pada paruh pertama 2019, Kemenkeu mencatat nilai tukar rupiah senilai Rp14.917 per dolar AS, lebih kuat dari patokan dalam APBN 2018 yang senilai Rp15.000 per dolar AS. Kemudian, inflasi berada di level 3,3 persen secara year on year, dan suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tiga bulan berada di peringkat 5,8 persen atau lebih tinggi dari asumsi 5,3 persen.

Sementara itu, harga minyak mentah Indonesia berada di level US$63 per barel, atau lebih rendah dari asumsi sebesar US$70 per barel. Lifting minyak bumi pun mencapai 755 ribu barel per hari, atau lebih rendah dari asumsi 775 ribu barel per hari.

Selanjutnya, lifting gas bumi mencapai 1,05 juta barel setara minyak per hari, atau lebih rendah dari asumsi 1,25 juta barel setara minyak per hari.

Untuk semester II-2019, Sri Mulyani pun memproyeksikan pertumbuhan ekonomi hanya bisa mencapai 5,2 persen, dengan tingkat inflasi sebesar 3,1 persen year on year dan nilai tukar rupiah berada di level Rp14.303 per dolar AS.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya