- ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
VIVA – Bank Indonesia mencatat harga-harga konsumen di Sumatera Utara mengalami lonjakan yang sangat signifikan hingga Juni 2019. Itu terutama dipicu oleh lonjakan harga cabai merah yang terjadi sejak Mei hingga bulan ini.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatra Utara Wiwiek Sisto Hidayat mengatakan, inflasi di Sumatera Utara secara tahunan atau year on year mencapai 5,87 persen, month to month sebesar 1,63 persen dan year to date 4,3 persen.
"Inflasi Sumatera Utara juara paling tinggi. Sekarang sedang masa cobaan," kata dia dalam sebuah diskusi di Medan, Sumatera Utara, Jumat, 19 Juli 2019.
Sebenarnya, lanjut dia, harga-harga komoditas pangan memang menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan, yakni mencapai 16 persen secara tahunan. Namun, memang komoditas cabai merah dikatakannya memberikan kontribusi terbesar, yakni mencapai 65 persen.
"Itu asalnya cabai merah dari Maret, April, Mei, Juni, empat bulan semua karena cabai merah. Ini kita sendiri menjadi sangat kesulitan," tuturnya.
Dia menilai, secara supply dan demand, pada dasarnya cabai merah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan. Namun dikatakannya, yang memengaruhi sentimen pelaku pasar adalah mulai banyak terjadinya gagal panen untuk cabai disejumlah wilayah akibat hama ulat.
"Bulan lalu kita mendatangkan cabai dari Solo, itu luar biasakan. Yang notabenenya bukan daerah cabai, tapi itu keadaannya di pasar dan harganya pernah sentuh tertinggi Rp85 ribu sampai Rp90 ribu," tutur Wiwiek.
Dia memperkirakan, inflasi Sumatera Utara keseluruhan tahun ini tidak akan bisa di jaga di target inflasi sebesar 3,5 persen. Akan tetapi, inflasi sepanjang 2019 dikatakannya akan mencapai 5,1-5,3 persen jauh di bawah inflasi 2018 sebesar 1,23 persen.
"Inflasi masih di atas sasaran nasional. Juli, Agustus pasti akan ada tekanan-tekanan karena anak sekolah. Yang bisa kita harapkan September, Oktober deflasi," ungkap dia.
