Gaya Hidup Milenial Bukan Alasan Utama Sektor Ritel Lesu

Ilustrasi traveling.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Pola konsumsi generasi milenial dan gaya hidup masyarakat berlibur atau traveling bukan alasan utama yang membuat sektor ritel lesu. 

Program Petani Milenial Kaltim Diluncurkan untuk Ketahanan Pangan IKN

Hal itu diungkapkan Consultant The Nielsen Indonesia, Yongky Susilo, dalam acara pertemuan Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia (AP3MI) dengan pengusaha ritel, di hotel Grand Mercure Kemayoran, Jakarta, Senin, 29 Juli 2019.

Belakangan ini, diakui bisnis ritel mengalami penurunan bahkan ada pengusaha ritel yang harus menutup gerainya. 

Mau Kaya di Usia Muda? Ini Tips Jitu untuk Milenial dan Gen Z

Menurut Yongky, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang harus diperkuat untuk mendorong konsumsi masyarakat agar sektor ritel bisa kembali bergerak. "Banyak disalahkan (pola konsumsi) milenial tapi saya punya catatannya bahwa ekonominya yang harus di-boost," kata Yongky.

Untuk itu, dia menyarankan, pada periode kedua Presiden Joko Widodo harus ada upaya khusus mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Apalagi, Jokowi sudah menyatakan tak mempunyai beban apa-apa lagi di periode kedua ini. "Makanya tim ekonomi harus kuat," katanya.

Asosiasi Ritel hingga Pusat Perbelanjaan Curhat Dihantui Praktik Jastip

Dia menegaskan, ekonomi Indonesia yang saat ini masih lesu adalah penyebab lesunya industri ritel. "Ya karena ekonominya, growth ekonominya kan turun. Itu enggak bisa dielakkan," ujarnya.

Dia menambahkan, proporsi konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 56 persen, sedangkan investasi 30 persen. Untuk itu, menurut dia, selain investasi, Jokowi harus serius mendorong konsumsi masyarakat.

"Cara dorong konsumsi apa? Saya jelaskan bahwa kelas menengah bawah perlu purchase power (daya beli). Artinya apa, kasih kerjaan supaya dia bisa dapat duit banyak," ujarnya.

Dia mengingatkan, pemerintah sudah punya program cash for work hingga bantuan sosial yang harus dipastikan cepat sampai ke tangan konsumen. Selain itu, lapangan pekerjaan juga harus dipastikan tersedia agar masyarakat kalangan menengah bawah segera mendapat pekerjaan.

"Yang penting itu adalah ciptakan pekerjaan. Nah, job creator terbesar adalah swasta, makanya untuk swasta berusaha dibuat suasana usaha yang positif. Izinnya dipercepat jangan diganggu, dikasih semangat, dikasih kesempatan, buka ekspor, buka distribusi ke dalam negeri," tuturnya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya