Destry Damayanti Bakal Ambil Kebijakan Moneter Longgar

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti.
Sumber :
  • Instagram @destrydamayanti

VIVA – Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti mengungkapkan, prinsip kebijakan moneter yang akan diambil olehnya ke depan adalah kebijakan moneter yang longgar.

BI Ungkap 5 Respons Kebijakan Menuju Pemulihan Ekonomi Nasional

Sebagai salah satu pimpinan tertinggi di Bank Indonesia, dia mengaku akan mencermati pengaruh global dan juga domestik.   

Untuk tingkat global, dia menyoroti adanya perang dagang yang belum diketahui ujungnya seperti apa. Sehingga ke depan, kondisi ini diperkirakan akan membuat perlambatan ekonomi global semakin nyata.

Tambah Stimulus Ekonomi, Kadin Dorong Pemerintah Perluas Relaksasi

Selain itu, dia menyampaikan bahwa Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed juga sudah mengubah stance kebijakannya yang lebih pada easing policy atau melonggarkan kebijakan. Hal itu tercemin dalam kebijakan sebelumnya, di mana The Fed juga telah menurunkan suku bunga.

"Jadi, kalau kita lihat tren dari suku bunga atau ekonomi global, trennya adalah perlambatan dan kebijakannya cenderung untuk lebih easing, cenderung untuk melonggarkan," ujar Destry usai pelantikan di Mahkamah Agung, Jakarta, Rabu 7 Agustus 2019.

Jokowi Minta Kementerian dan Lembaga Genjot Belanja Modal

Untuk domestik, Destry menyampaikan bahwa inflasi Indonesia sudah stabil sejak empat tahun terakhir di kisaran tiga persen. Sementara itu, untuk inflasi inti, maupun volatilitas bahan pangan selama ini sudah terkendali.

"Karena, memang penanganan tidak hanya dari sisi demand side, tapi dari supply side, sehingga kalau kita lihat stabilitas dari sisi industri juga terkendali," tambahnya.

Sementara itu, untuk mendorong investasi, Bank Indonesia juga telah melaksanakan kebijakan easing monetary policy (kebijakan moneter longgar). Hal itu tercermin, dalam penurunan Giro Wajib Minimum dan penurunan BI 7 Days Reverse Repo Rate.

"Nampaknya, kita melihat arah dari easing monetery policy ini akan kita lihat dalam jangka waktu cukup panjang ke depan, karena kita memang membutuhkan satu stimulus buat pertumbuhan ekonomi ke depannya," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya