Radikalisme dan Ekonomi Mandek, Rizal Ramli Pertanyakan Kabinet Jokowi

Rizal Ramli
Sumber :
  • VIVA/Nur Faishal

VIVA – Mantan Menteri Koordinator Perekonomian, Rizal Ramli mempertanyakan nama Kabinet Indonesia Maju untuk Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) periode kedua 2019-2024. Menurut dia, sekarang masyarakat sedang dibuat heboh isu radikalisme, radikulisme dan radikolisme, padahal kondisi ekonomi bangsa sedang jalan di tempat.

Perlu Ada Tim Transisi dari Pemerintahan Jokowi ke Prabowo? Politisi Golkar Bilang Begini

Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip VIVAnews, ekonomi Indonesia pada kuartal III-2019 tumbuh 5,02 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Laju pertumbuhan itu lebih rendah dibanding kuartal III-2018 yang tumbuh 5,17 persen, dan kuartal II-2019 sebesar 5,05 persen.

Dengan hebohnya isu radikalisme, radikulisme dan radikolisme, dan perkembangan ekonomi makro dan mikro yang semakin mandeg, kita jadi bertanya-tanya, apakah ini ‘Kabinet Maju’ atau ‘Kabinet Atret (achterwaarts)- Mundur’?” kata Rizal dalam akunnya di Twitter, yang dikutip pada Rabu, 6 November 2019.

Gus Halim Tegaskan Hubungan PKB dengan Jokowi Baik-baik Aja: Kita Kan Koalisinya

Diketahui, Kepala BPS Suhariyanto mengatakan bahwa perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada kuartal III-2019 tercatat Rp4.067,8 triliun. Sedangkan atas dasar harga konstan sebesar Rp2.818,9 triliun.

Singgung soal Posisi Demokrat di Kabinet Mendatang, AHY Sebut Peran dan Portofolio

"Memang mengalami perlambatan jika dibanding kuartal II 2019, kalau kuartal III 2018 juga mengalami perlambatan. Jadi 5,02 persen mengalami perlambatan," kata Suhariyanto.

Menurut dia, melambatnya pertumbuhan ekonomi pada kuartal III tidak terlepas dari kondisi perekonomian dunia yang juga sedang mengalami perlambatan, terutama akibat perang dagang antara Amerika Serikat dengan China, ketegangan geopolitik di berbagai kawasan hingga jatuhnya berbagai harga komoditas.

Sehingga, kata dia, ini berdampak pada ekonomi negara maju dan berkembang termasuk Indonesia. Harga komoditas di pasar internasional turun baik secara kuartalan maupun tahunan.

Sementara Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief berharap data yang disampaikan BPS tentang angka pertumbuhan ekonomi tersebut benar 5,02 persen. Di samping itu, Andi Arief juga mempertanyakan bagaimana langkah pemerintah untuk menaikkan angka yang lambat tersebut.

“Mudah-mudahan angka pertumbuhan ekonomi ini benar 5,02 persen. Karena infonya yang beredar under 5 persen. Kita percayakan pada info resmi pemerintah ini. Lalu, upaya untuk naik dari angka yang melambat ini apa?” kata Andi Arief lewat akunnya di Twitter.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya