Mal Diminta Tak Takut 'Serangan' Bisnis Online

Pusat perbelanjaan.
Sumber :
  • Bimo Fundrika / VIVA.co.id

VIVA – Pengelola pusat perbelanjaan atau mal didorong beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Di antaranya dengan melakukan pembenahan dari sisi konsep, penyediaan layanan omni channel, serta pemanfaatan big data dan platform media sosial.

6 Tewas Kasus Penikaman Massal di Mal Sydney, Pelaku Ditembak Mati Polwan

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengatakan, didorong pesatnya perkembangan teknologi informasi, konsep pusat perbelanjaan akan berubah.

Menurutnya, mal yang mampu bertahan adalah mal yang aktif mengembangkan layanan omni channel dan mengarah ke digital. Omni channel adalah model bisnis yang memanfaatkan berbagai channel sekaligus baik online maupun offline.

Kulineran di Bogor, Bisa Belanja Sekaligus Nikmati Dodonyaki Khas Jepang yang Lezat

"Mal yang begitu-begitu saja pasti turun (pengunjungnya). Jadi terima nasib. Berbeda kalau mal yang pintar melihat celah dan perkembangan. Karena, ke depannya semua akan digital. Ini yang harus dipahami dan dipersiapkan. Jangan sampai ditinggal konsumen,” ujarnya di Jakarta, Kamis, 5 Desember 2019.

Selain itu, Stefanus mengingatkan, pengelola pusat perbelanjaan juga harus mampu memanfatkan big data yang tersedia. Hal itu diperlukan agar dapat membaca dan memahami keinginan dari pelanggan.

HAPIMART Ritel Asal Tiongkok Resmi Beroperasi di ITC Cempaka Mas

“Harus memiliki database, bagaimana perilaku konsumen, apa yang disukai, kapan akan berbelanja. Saat memiliki uang, utamanya akan berbelanja apa, apakah tren belanja berubah. Ini penting, untuk memahami pelanggan," ungkap Stefanus.

Ia juga mengaku tidak menyalahkan maraknya aktivitas belanja online seperti e-commerce maupun marketplace.

Stefanus mengklaim dampak dari maraknya bisnis online tersebut hanya berpengaruh sedikit terhadap jumlah pengunjung yang datang ke pusat perbelanjaan.

"Itu tidak menjadi penyebab turunnya jumlah pengunjung ke mal. Kami sudah memberikan masukan kepada anggota supaya jangan takut sama online. Justru kita bisa intervensi online lewat omni channel,” ungkapnya.

Stefanus juga menilai, masih senangnya masyarakat berbelanja dengan melihat dan mencoba langsung barang yang akan dibeli.

"Semua balik ke mal. Karena, kalau beli kan mereka enggak bisa lihat langsung. Jadi sebenarnya pasar kita masih senang melihat dan mencoba dulu barang," tutur dia.

Namun demikian, Stefanus optimistis untuk tahun depan bakal terjadi peningkatan jumlah pengunjung hingga dua digit. Karena, tahun ini saja yang targetnya naik 9 persen sudah terpenuhi.

“Tahun depan saya prediksi belasanlah. Yakin banget, sebab gonjang-ganjing mulai tenang. Tidak ada,” jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya