Dulu Sopir Angkot, Kini Prajogo Pangestu Jadi Orang Terkaya ke-3 RI

Prajogo Pangestu bersama Hotman Paris.
Sumber :
  • Instagram @hotmanparisofficial

VIVA – Sudah tradisi bagi Forbes untuk merilis daftar 50 orang paling kaya di Indonesia setiap tahun. Beberapa nama memang bukan wajah asing, bahkan sudah langganan mengisi daftar orang terkaya di Tanah Air versi Forbes dari tahun ke tahun.

Sosok Cucu Luhut, Faye Simanjuntak yang Masuk Forbes 30 Under 30

Nah, tahun 2019 ini ada satu nama yang melesat ke posisi ketiga. Dia adalah Prajogo Pangestu, pengusaha di bidang petrokimia dan energi. Melansir Forbes, tahun 2018 lalu, Prajogo Pangestu masih berada di posisi 10 dengan total harta US$ 3 miliar kira-kira setara Rp42 triliun. Tapi dalam waktu satu tahun saja, jumlah kekayaan taipan kelahiran tahun 1944 itu meroket sebanyak US$4,6 miliar. Jadi tahun ini, Prajogo mempunyai harta sebesar US$7,6 miliar atau setara dengan Rp 106,4 triliun. Dengan begitu, cuma dalam satu tahun saja, Prajogo lompat tujuh peringkat.

Masa muda sulit

Siapa Sangka, Eks Sopir Angkot Itu Kini Orang Terkaya ke-3 di RI

Jauh sebelum jadi salah satu orang terkaya RI, Prajogo pernah hidup susah. Ia lahir dengan nama Phang Djoem Phen di Sambas, Kalimantan Barat, 75 tahun silam. Ayahnya, Phang Siu On bekerja sebagai penyadap getah karet. Keadaan ekonomi yang sulit, membuat Prajogo hanya bisa mengenyam pendidikan sampai tingkat menengah pertama (SMP).

Buat memperbaiki nasib, dia sempat hijrah ke Jakarta. Tapi karena tidak berhasil mendapat pekerjaan, terpaksa ia pulang kampung. Tidak berputus asa, Prajogo kemudian menjadi menjadi sopir angkutan umum di Kalimantan.

Para Dokter dan Ilmuwan Diklaim Jadi Miliarder Berkat Pandemi

Tahun 60-an ketika ia menjadi pengemudi, keberuntungannya mulai berubah. Prajogo mengenal pengusaha kayu asal Malaysia, Bong Sun On alias Burhan Uray. Ia bergabung dengan Burhan Uray di PT Djajanti Group pada tahun 1969. Melihat kerja kerasnya, maka di tahun 1976 Burhan menjadikan Prajogo sebagai General Manager (GM) Pabrik Plywood Nusantara di Gresik, Jawa Timur.

Berjaya di era Soeharto

Tidak berpuas diri dengan jabatan GM, Prajogo memutuskan memulai usahanya sendiri. Dia membeli CV Pacific Lumber Coy yang sedang mengalami kesulitan keuangan. Perusahaan maju pesat di tangannya, hingga dalam waktu setahun ia mampu melunasi pinjaman dari bank.

Nama Pacific Lumber lalu diubah menjadi PT Barito Pacific. Dari sini, bisnis Prajogo mulai menggurita. Apalagi dia menjalin kerja sama dengan anak-anak mantan Presiden Soeharto serta pengusaha lain. Hingga pada masa itu, dia dikenal sebagai salah satu konglomerat ternama Indonesia. Di bawah bendera Barito Group, ia menjajal bidang  petrokimia, minyak sawit mentah, properti, perkayuan.

Saat ini Barito Pacific Group memiliki beberapa anak perusahaan antara lain Synthetic Rubber Indonesia, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, PT Mambruk Cikoneng Indonesia, SCG Barito Logistics, PT Binajaya Rodakarya, PT Petrogas Pantai Madura, PT Styrindo Mono Indonesia, PT Petrokimia Butadiene Indonesia, Star Energy, PT Indo Raya Tenaga, PT Griya Idola, PT Griya Tirta Asri.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya