Digebuk Isu Uighur oleh AS Tak Bikin China Kandas

Huawei di Mobile World Congress 2019, Barcelona, Spanyol.
Sumber :
  • Dok. Huawei

VIVA – Isu Uighur terus dihembuskan oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutunya untuk menyerang China. Di tengah perang dagang AS-China, Uighur menjadi makanan empuk Barat untuk menggebuk Beijing.

Curhat Jurnalis Asing Kala Bertugas di China

Bahkan, isu Uighur sampai dibawa ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Meski begitu, apakah China dan perusahaannya langsung kandas?

Mengutip situs The Guardian, Rabu, 1 Januari 2020, Huawei, perusahaan teknologi yang menjadi bulan-bulanan AS, justru mencatatkan pendapatan yang melampaui ekspektasi perusahaan.

Palestina Kecam Veto AS yang Menghalangi Upaya Keanggotaan Penuh PBB

Chairman Rotating Huawei, Eric Xu, secara lantang menyebut pendapatannya telah melampaui 850 miliar yuan atau setara US$122 miliar pada 2019.

Ia pun mengklaim bahwa itu merupakan rekor tertinggi baru untuk grup perusahaan China serta mengalami peningkatan 18 persen secara tahunan (year on year/yoy) dari tahun sebelumnya.

AS Ngaku Sudah Tahu Israel Akan Serang Iran, Tapi Tidak Setuju

Eric mengatakan, Huawei adalah perusahaan pembuat smartphone terbesar kedua di dunia yang berhasil menjual 240 juta handset di sepanjang tahun ini, atau naik dari sebelumnya hanya 206 juta pada tahun lalu.

Kendati demikian, ia mengaku bahwa laporan angka-angka tersebut di bawah yang diproyeksikan. "Angka-angka ini lebih rendah dari proyeksi awal kami. Namun, bisnis tetap solid dan kami berdiri kuat dalam menghadapi kesulitan apapun," jelasnya, seraya merendah.

Eric juga menegaskan bahwa AS adalah bagian dari kampanye strategis bisnis Huawei. Oleh karena itu, ia menyayangkan pemerintahan Presiden Donald Trump terus melakukan kampanye hitam terhadap negara dan perusahaannya.

"Kalau kampanye (hitam) masih berlangsung, maka hal itu akan menciptakan lingkungan yang lebih sulit bagi kami untuk bertahan dan berkembang. Sebab, kelangsungan hidup perusahaan menjadi prioritas pada tahun ini," tegas Eric.

Seperti diketahui, Departemen Perdagangan AS telah memasukkan Huawei ke dalam daftar hitam sejak 2019. AS juga menempatkan pembatasan baru pada kemampuan Huawei untuk menjual dan mempertahankan hubungan komersial dengan seluruh perusahaan AS.

Tak hanya itu, AS bahkan mendesak para sekutu-sekutunya untuk tidak menggunakan produk Huawei dalam membangun generasi berikutnya dari infrastruktur jaringan telekomunikasi mereka. AS juga menciptakan stigma dengan menuduh semua perusahaan China adalah ancaman bagi keamanan nasional AS dan sekutunya.

Pada Oktober tahun lalu, Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross berharap India, yang merupakan pasar telekomunikasi terbesar kedua di dunia, tidak secara tidak sengaja akan menghadapi risiko keamanan yang tidak diinginkan, dengan menggunakan teknologi 5G milik Huawei.

Namun faktanya justru berbanding terbalik. Belum lama ini Huawei memperoleh kemenangan besar di India yang menyetujui permintaan mereka untuk berpartisipasi dalam uji coba spektrum jaringan 5G.

Kira-kira, isu apalagi yang akan dihembuskan AS, ya?

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya