Dampak Corona, Devisa Pariwisata Hilang Rp21,75 Triliun

Pariwisata Alam Indonesia.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI, Hariyadi Sukamdani mengakui, dampak signifikan dari merebaknya wabah virus corona sangat besar bagi sektor perhotelan dan restoran.

Harap Tak Aji Mumpung, PHRI Batasi Kenaikan Harga Hotel di Yogyakarta

Sebab, dampak ekonomi dari virus corona ini memiliki 'potential lost' atau potensi kehilangan devisa dari sektor pariwisata, yang mencapai sebesar US$1,5 miliar atau setara Rp21,75 triliun dengan asumsi kurs Rp14.500 per dolar AS.

"Kalau dari industri kami perkirakan dari Januari sampe hari ini sekitar US$1,5 miliar," kata Hariyadi di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Kamis 12 Maret 2020 dilansir dari VIVAnews.

PHRI Sebut Libur Panjang Isra Miraj dan Imlek Bikin Okupansi Hotel Daerah Wisata Naik hingga 80 %

Potensi lenyapnya devisa di sektor pariwisata itu dihitung berdasarkan jumlah turis asal Tiongkok, yang pada tahun lalu saja tercatat mencapai sebanyak dua juta kunjungan.

Setiap turis asal Tiongkok itu diasumsikan bakal mengeluarkan biaya travelling sebanyak US$1.100, atau sekitar Rp15,95 juta per kunjungan. 

BSWA Bali Gugat Usaha Spa Masuk Kategori Hiburan, Imbas Kenaikan Pajak 40 Persen

"Kalau misalnya kita ambil separuhnya saja, asumsi yang hilang itu sekitar US$1,1 miliar (atau setara Rp15,95 triliun)," ujarnya.

Kondisi ini menurut Hariyadi disebabkan salah satunya karena pemberhentian sementara akses penerbangan dari dan ke Tiongkok, sehingga berdampak pula pada pembatalan penerbangan ke sejumlah negara lain termasuk penerbangan domestik.

Dari aspek itu saja, Hariyadi memprediksi bahwa ada potensi kehilangan di aspek pemasukan pada industri penerbangan, yang mencapai sekitar US$400 juta atau sekitar Rp5,8 triliun. 

"Jadi paling tidak (potential lost devisa) itu US$1,5 miliar sudah terjadi untuk sektor pariwisata," ujar Hariyadi.

Apalagi, angka itu menurutnya belum termasuk potensi kerugian untuk sektor-sektor lainnya, yang saling berkaitan dengan sektor pariwisata tersebut.

Sebab, dia meyakini bahwa sektor-sektor lain seperti manufaktur, pastinya juga akan berdampak signifikan akibat wabah virus corona ini. Sebab, impor dari Tiongkok tercatat mencapai US$37 miliar (Rp536,5 triliun) dan ekspornya mencapai sebesar US$26 miliar (Rp377 triliun). 

"Bisa dibayangkan, segitu banyak impor untuk bahan baku, hitung saja (potensi) kerugiannya. Jadi memang sangat luar biasa dampak dari korona ini," tuturnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya