Rupiah Tembus Rp16.000 per Dolar AS, Semua Harus Tenang

Ilustrasi tumpukan uang miliaran rupiah
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat telah menembus Rp16.000 per dolar AS. Itu bisa dilihat berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang dipatok perbankan sebagai kurs jual. 

Gubernur BI Proyeksikan Rupiah Baru Balik ke Rp 15.000-an pada Kuartal IV-2024

Kurs Bank Mandiri misalnya, mematok harga jual dolar sebesar Rp16.150 dengan harga beli sebesar Rp15.850. Sementara itu, Bank Central Asia mematok harga jual dolar sebesar Rp16.150 sedangkan harga beli Rp15.950.

Meski begitu, jika dirujuk berdasarkan data di pasar spot, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih bergerak dikisaran Rp15.380-15.405 per dolar AS. Melemah dikisaran 1,23 persen dari data penutupan perdagangan kemarin.

Rupiah Mulai Perkasa Seiring Meredanya Konflik Israel-Iran

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menjelaskan, pasar keuangan regional cenderung terkoreksi karena investor global mengurangi modalnya dari pasar keuangan negara berkembang dan masuk ke safe haven asset termasuk dolar AS. Tidak terkecuali rupiah Indonesia.

"Potensi perlambatan ekonomi global yang cukup signifikan yang diikuti probabilitas pelaku pasar global bahwa resesi global mendorong investor global untuk memegang cash dollar AS," kata dia melalui pesan singkat, Kamis, 19 Maret 2020.

Rupiah Melemah, OJK Kasih Tips Emak-emak Kelola Keuangan

Selain itu, dia menegaskan, pelemahan yang terjadi terhadap rupiah juga dialami oleh mata uang negara-negara lain, misalnya, berdasarkan tahun berjalan, pelemahan rupiah sebesar 9,5 persen terhadap dolar AS, bath Thailand 9 persen, dolar Singapura 6,9 persen dan ringgit Malaysia 6,7 persen.

"Di tengah koreksi di pasar keuangan global dimana investor asing cenderung keluar dari pasar keuangan domestik, kita perlu mendorong supaya investor domestik juga masuk ke pasar keuangan baik saham dan obligasi untuk membatasi koreksi lebih lanjut yang berikutnya dapat membatasi pelemahan rupiah lebih lanjut," tuturnya.

Ia menambahkan, "Selain itu bagi masyarakat, diharapkan tidak perlu panik dan tidak bertindak spekulatif apalagi sebagian masyarakat memiliki pendapatan dan pengeluaran dalam rupiah sehingga tidak terpengaruh langsung terhadap masyarakat," kata Joshua.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya