Inflasi Periode Ramadhan 2020 Bakal Berbeda dari Kondisi Normal

Pemantauan harga pangan di Pasar Beringharjo, DI Yogyakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

VIVA – Sejumlah langkah pemerintah, khususnya Kementerian Perdagangan, dinilai bisa meredam gejolak harga saat ini periode Ramadhan hingga Lebaran. Di tengah pandemi Virus Corona, upaya itu diprediksi dapat menggeser tren inflasi pada periode yang sama dalam kondisi normal cenderung tinggi.

Harga Pangan Naik Gegara Perang Israel Vs Iran?

Terkait pengendalian harga, Kementerian Perdagangan Kemendag diketahui telah mengeluarkan beberapa kebijakan. Seperti memotong rantai distribusi, menetapkan Harga Eceran Tertinggi untuk gula, dan memperbanyak pasokan ke pasar melalui kebijakan importasi.

Kemendag juga rutin menggelar operasi pasar di berbagai daerah. Upaya itu mampu menahan kenaikan harga selama Ramadhan bahkan jelang Idul Fitri.

Rupiah Sentuh Rp 16.200 per Dolar AS, Begini Prediksi Terbaru Astronacci

Pengamat Ekonomi sekaligus pengajar Perbanas Institute Piter Abdullah berpendapat, periode Ramadhan dan Lebaran tahun ini memang sangat berbeda dengan biasanya. Apalagi ada kebijakan pembatasan sosial skala besar dan juga pelarangan mudik.

“Tekanan inflasi selama wabah (COVID-19) ini memang tidak cukup besar, terutama bila dibandingkan dengan kondisi normal,” ucap Piter dikutip dari keterangannya, Jumat 29 Mei 2020.

Antisipasi Dampak Buruk Konflik Iran-Israel, Pemerintah Wajib Simak 3 Saran Kebijakan Ekonomi Ini

Dia menjabarkan, jika dibandingkan hari-hari biasa, seminggu jelang Idul Fitri terdapat kenaikan permintaan terhadap berbagai kebutuhan sembako dibandingkan kondisi normal. Namun, peningkatan itu ditegaskan jauh lebih rendah dibanding kondisi normal.

Sementara itu, pasokan atau supply bahan pokok atau sembako di jaga oleh pemerintah. Fakta tersebut lanjutnya bisa membuat maka inflasi lebih stabil dibanding periode yang sama tahun-tahun sebelumnya.

“Tidak ada lonjakan inflasi yang terlalu besar,” ucap Piter.

Ia menjelaskan, fenomena inflasi di Indonesia utamanya adalah fenomena supply termasuk diantaranya adalah permasalahan distribusi. Panjangnya rantai distribusi dan adanya pihak yang bermain, seringkali mengakibatkan kegagalan pasar.

Harga pun akhirnya mengalami kenaikan yang tidak wajar. Menurut Piter, persoalan itu perlu terus diperbaiki dan wabah COVID-19 seharusnya bisa menjadi momentum.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto memastikan, pemerintah terus menjaga pasokan bahan pokok, guna stabilisasi harga. Misalnya, untuk memenuhi stok bawang diterbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44 Tahun 2019 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura.

Melalui beleid izin impor komoditas bawang putih dan bawang bombai dipermudah. Kemendag juga bekerja sama dengan Satgas Pangan juga dinas-dinas terkait di seluruh kota Indonesia untuk memastikan pasokan maupun stabilisasi harga.

Dia menegaskan, melalui pemantauan pasar yang rutin dilaksanakan Kemendag, diharapkan harga bahan pokok akan terus terkendali khususnya di daerah-daerah di seluruh Indonesia.

Saat melakukan sidak pada Lebaran hari pertama ke Pasar Induk Senen, Jakarta Pusat, Agus memantau harga dan berbincang dengan sejumlah pedagang terkait harga pangan. Dia pun menegaskan akan memastikan pasokan tersedia agar harga tetap stabil.

"Tahun ini kita harus gotong royong, ya pak ya. Kalau ada kesulitan supply (pasokan), beritahu kami pak," tambah Agus.

Sidak tersebut ditegaskannya juga memastikan harga dua komoditas yaitu gula dan bawang yang kerap kali mengalami kenaikan jelang hari besar keagamaan, seperti Lebaran, bisa terkendali.

Dikutip dari VIVA, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo pun menyampaikan, berdasarkan hasil survei pemantauan harga yang dilakukan BI, inflasi Mei 2020 diperkirakan hanya 0,09 persen secara month-to-month atau 2,21 persen secara year-on-year.

Artinya inflasi di bulan Ramadhan dan Idul Fitri pada 2020 ini, sangat rendah jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

"Seperti misalnya Ramadhan tahun 2019, di mana sebelum Idul Fitri inflasinya 0,68 persen dan setelah Idul Fitri 0,55 persen," kata Perry dalam telekonferensi, Kamis 28 Mei 2020.

Sementara di bulan Ramadhan 2018 itu inflasinya 0,59 persen, dan di Ramadhan 2017 itu inflasinya 0,69 persen. "Jadi memang inflasi kita di bulan Ramadhan tahun ini alhamdulillah sangat rendah," ujarnya.

Selain terpengaruh akibat rendahnya permintaan sebagai dampak dari wabah COVID-19, pasokan barang-barang terkendali sehingga stabilitas harga tetap terjaga.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya