MS Hidayat: Indonesia Harus Recovery Secara Serius Pasca Pandemi

Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia, MS Hidayat.
Sumber :
  • Tangkapan layar

VIVA – Ketua Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Mohamad Suleman Hidayat mengatakan, pandemi virus Corona atau COVID-19 menimpa berbagai negara di penjuru dunia. Dengan demikian, upaya menanggulangi dampak virus ini harus menggunakan cara-cara extra ordinary yang juga menyentuh semua sektor yang terdampak.

Singapore PM Lee Hsien Loong to Resign After Two Decades on Duty

Menurut Hidayat, secara umum pandemi COVID-19 melemahkan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan produktivitas di banyak negara. Selain itu, pandemi COVID-19 juga menyerang sisi demand dan supply di saat bersamaan.

Namun di sisi lain, sambungnya, pandemi ini dapat dimanfaatkan untuk memperkuat pondasi ekonomi nasional menyongsong era post COVID-19.

PM Singapura Lee Hsien Loong Mundur dari Jabatan, Ini Sosok Penggantinya

“Negara-negara ASEAN lain saat ini sedang menggunakan pandemi COVID-19 untuk mempersiapkan pondasi ekonomi dalam negeri yang lebih kuat demi menyongsong situasi post COVID-19,” ujar Hidayat dalam diskusi virtual yang diselenggarakan dalam rangka peluncuran aplikasi Unpaders, Minggu siang, 7 Juni 2020.

“Kita harus melakukan recovery dengan serius kalau ingin saat post COVID-19 nanti kita kembali sejajar dengan negara lain,” tambahnya.

Salat Id di Masjid Agung Al-Azhar, JK Ngaku Senang Lebaran Kali Ini Ramai

Selain itu, dalam catatan Hidayat bahwa stimulus yang diberikan pemerintah Indonesia kepada dunia usaha masih cukup kecil dibandingkan dengan stimulus yang diberikan pemerintah sejumlah negara ASEAN. Apabila situasi pandemi COVID-19 berlangsung sampai November kelihatannya sebagian besar dunia usaha akan sulit bangkit kembali. 

Daya tahan sektor ril, menurut mantan Menteri Perdagangan ini hanya sampai akhir bulan Juni atau selambat-lambatnya bulan Juli. “Kalau tidak ada penyelamatan maka gelombang PHK akan terjadi,” ucapnya.

Hidayat mengaku setuju dengan new normal. Menurutnya ini adalah kompromi yang dapat diambil. Namun, ia mengingatkan agar new normal itu dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan yang sangat serius dan disiplin.

Hidayat mencontohkan, penerapan new normal di Korea Selatan yang terpaksa dihentikan karena grafik penularan kembali naik. Hal lain yang disorotinya persoalan bantuan sosial yang diberikan pemerintah kepada masyarakat. 

Menurutnya, sebaiknya bansos diberikan minimal untuk enam bulan. Selain itu, faktor distribusi juga harus diperhatikan sehingga tidak salah sasaran. “Kalau distribusi bansos bermasalah, bisa menimbulkan keresahan,” kata dia. 

Untuk diketahui, Diskusi virtual bertema “New Normal dalam Perspektif Dunia Usaha dan Peningkatan Daya Saing Ekonomi Nasional” itu juga menghadirkan Dubes Indonesia untuk Thailand, Ahmad Rusdi, dan dipandu founder Unpaders Irawati Hermawan didampingi co-founder Teguh Santosa.

Baca juga: Gugus Tugas: Penambahan Kasus COVID-19 Tertinggi di Jakarta

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya