Perombakan BUMN Jadi Sorotan, Tak Boleh Melenceng Kerjakan Bisnis Lain

Jajaran pimpinan BUMN mengikuti rapat dengan Komisi VI DPR.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Galih Pradipta

VIVA – Persoalan restrukturisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memang menjadi salah satu topik hangat di era kepemimpinan Erick Thohir. Belakangan, kebijakan Erick tersebut mendapat banyak serangan oleh sejumlah kalangan.

MIND ID Pastikan Beri Kemanfaatan Bagi Daerah Wilayah Kerja, Begini Caranya

Meski demikian, Erick menyatakan bahwa proses perombakan perusahaan pelat merah yang dia jalankan sejak pertama menjabat hingga saat ini dilakukan dengan banyak perhitungan. Dia pun mengaku tak takut jika mendapat ancaman dari apa yang telah diperbuatnya.

Hal tersebut turut menyita perhatian Mantan Menteri BUMN, Tanri Abeng. Ia berpendapat bahwa apa yang dilakukan Erick Thohir dalam melakukan restrukturisasi sudah benar dan sejalan dengan ide-ide yang pernah dijalankannya.

Curhat Kementerian BUMN Punya Dana Melimpah Buat Genjot UMKM, Tapi Terbentur Aturan OJK 

“Bahwa apa yang dilakukan Erick Thohir itu sesungguhnya jalurnya masih sejalan dengan pemberdayaan yang saya lakukan 22 tahun yang lalu. Yaitu restruktusasi, profitisasi dan privatisasi. Persis yang dia lakukan jalanya, seperti itu sebenarnya,” kata Tanri, Kamis, 25 Juni 2020. 

Tanri berpendapat, jika Erick merasa kebijakannya sudah benar harus bisa mempertanggungjawabkannya. Mestinya kata Tanri, Erik tidak boleh diganggu agar fokus membenahi BUMN, tapi kalau dianggap ada yang melenceng memang perlu ada yang koreksi.

Bantu Redam Dampak El Nino, ASDP Tebar 1.000 Sembako Gratis di Pelabuhan Bolok Kupang

“Keputusan terakhir tetap kepada Erick Thohir sebagai orang yang ditunjuk langsung oleh Presiden, dia harus kokoh mempertanggungjawabkan apa yang dia lakukan, makanya dia harus benar. Kalau dia salah pasti dia dikeroyok," ungkapnya.

Tanri menambahkan, orang-orang yang kerap mengkritik terkait kebijakan itu tentu saja orang yang tidak sependapat dengan keputusan Erick, tetapi bisa juga disebabkan oleh kurang memahami maksud dan tujuan perombakan tersebut. 

Maka dari itu, ia meminta agar Erick Thohir untuk lebih terbuka dan mengajak dialog pihak-pihak yang kurang memahami strateginya dalam upaya menyehatkan BUMN.

“Jadi Erick Thohir itu harus lebih terbuka dan berdialog dengan elemen-elemen yang masih belum memahami strateginya, panggi lah semua orang itu, yang kedua mungkin ada alasan-alasan lain seperti politik, kalau itu saya tidak tahu lah ya, tapi biasanya orang yang mengkritik karena dia tidak mengerti atau juga memang yang dikritik itu memang salah langkah atau salah memberikan informasi,” terangnya.

Lanjut Tanri, semangat Erick Thohir untuk menciptakan value creation atau penciptaan nilai masih sama dengan kebijakannya yang ia buat pada kementerian BUMN pada tahun 1998.

“Semangatnya masih di situ dimana saya melihat transisi yang saya kembangkan pada waktu itu 22 tahun yang lalu, untuk pemberdayaan BUMN, karena waktu kita mulai kan dari 159 BUMN itu tidak sehat, jadi harus ada restrukturisasi, nah konsep saya waktu itu adalah restrukturisasi menuju profitisasi setelah profitisasi baru privatisasi.” 

Ia pun mendukung kebijakan Erick Thohir dalam dua hal, yaitu pertama BUMN yang menjadi problem atau yang tidak produktif memberikan kontribusi keuntungan dijual saja agar tidak menjadi beban.

“Misalnya dulu itu ada pabrik PT Iglas yang bergerak pembuatan kemasan gelas, ngapain BUMN ngurusin begitu, jual saja kepada karyawan atau siapa,” kata Tanri.

Kedua, yang paling penting menurut Tanri adalah bahwa BUMN dapat kembali kepada core atau inti bisnisnya saja, jangan melenceng mengerjakan bisnis yang lain. 

“Hampir semua BUMN besar itu punya universitas, lalu dia juga punya hospiltal. Padahal hotel di holding saja di dalam klaster pariwisata misalnya. Jadi persis yang ingin saya lakukan pada waktu saya membentuk kementerian core stay, jadi itu benar semua,” tutup Tanri.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya