Program 100 Hari SBY

"Banyak Menteri Bengong, Program Tak Efektif"

VIVAnews - Pelaku pasar mengaku tidak merasakan dampak program 100 hari pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Pasalnya, kebijakan-kebijakan yang diambil, terutama di bidang ekonomi, sangat mengambang.

Analis pasar valuta asing Farial Anwar mengatakan, dari hasil diskusinya dengan sejumlah pelaku pasar sebagian besar mengaku tidak ada perubahan antara ada atau tidaknya program 100 hari kabinet.

Karena itu, transaksi saham maupun valuta asing pada perdagangan kemarin justru menguat mengikuti tren global, meski di Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia terjadi demonstrasi besar-besaran.

"Program 100 hari tak efektif karena banyak menteri yang bengong," kata dia dalam perbincangannya dengan VIVAnews, Jumat 29 Januari 2010.

Dia mengatakan, program mendesak yang harus diselesaikan pemerintah justru banyak yang tidak terselesaikan. Seperti perdagangan bebas (FTA) ASEAN-China, justru terkesan tidak ada persiapan. Pemerintah tidak secepatnya memperbaiki infrastruktur dan memperkecil biaya pinjaman.

Perbandingan pembangunan jalan di Indonesia jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan negara-negara lain, seperti China, Malaysia, dan Thailand. Pembangunan jalan tol di Indonesia juga dinilai lamban. Pemerintah tidak berani mengambil alih pembebasan lahan agar investor bisa bergerak cepat.

Begitu juga pada infrastruktur pelabuhan. Pengoperasian perizinan satu atap selama 24 jam di pelabuhan baru akan diresmikan hari ini. Itu saja hanya berlaku di beberapa pelabuhan besar saja.

Ongkos pinjaman, seperti bunga bank masih sangat tinggi. Bila BI Rate masih dipatok 6,5 persen. Di negara-negara lain sudah jauh di bawahnya. "Membuat Indonesia semakin tidak kompetitif," katanya.

Karena itu, menurut Farial, pemerintah tidak perlu membuat program 100 hari. Pemerintah harus fokus dengan program-program yang bisa memperkuat struktur perekonomian. "Ini tidak mudah karena Indonesia butuh infratruktur yang baik, pendanaan yang kompetitif, dan SDM yang unggul," tutur Farial.

"Sehingga perlu ditinjau kembali program 100 hari pada kabinet mendatang."

hadi.suprapto@vivanews.com

Bosan Pintu Cokelat? Coba 4 Warna Cerah Ini Biar Rumah Makin Aesthetic
Skuad Indonesia di Thomas Cup 2024

Thomas Cup dan Uber Cup Kobarkan Semangat Atlet Jelang Olimpiade 2024

M. Fadil Imran mengatakan partisipasi Indonesia dalam Thomas Cup dan Uber Cup tahun ini menjadi momen penguatan semangat para atlet menjelang Olimpiade 2024.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024